**
Oleh kakek aku begitu disayang. Katanya karena aku satu-saunya cucu yang mau berlama-lama tinggal di rumahnya. Cucu-cucu yang lain tidak ada yang betah menginap di rumah kakek.
Alasannya ada saja. Mereka bilang rumah kakek serem, kamarnya sempit dan kamar mandinya jorok. Makanannya nggak enak.
Menurutku masakan nenek adalah masakan yang paling enak yang pernah aku rasakan. Padahal cara masaknya sederhana banget. Bumbunya diulek saja. Memasaknya dengan kayu bakar.
Nenek suka mengajakku memetik sayuran di kebun atau ke sawah. Kakek menanam bermacam-macam tanaman sayuran. Jadi nenek tinggal memetiknya kalau mau memasak.
Kakek-nenek sangat menyayangiku. Bahkan aku begitu dimanjakannya. Aku boleh ngapain saja di rumah mereka. Hanya ada satu tempat yang aku tidak boleh memasukinya.
"Dita jangan masuk ke kamar gudang ya kalau main" pesan kakek sangat mewanti-wanti ketika aku masih kecil.
Sekarang setelah dewasa aku menjadi penasaran kenapa mereka melarangku masuk ke gudang di bagian belakang rumah.
Ketika kakek pergi ke sawah dan nenek belanja ke pasar aku nekad ingin mengetahui isi di dalam gudang. Dengan berjingkat-jingkat aku melangkah ke gudang.
Lamat-lamat kudengar seperti ada seorang perempuan yang menangis. Suaranya lirih sekali. Seakan menahan kepedihan hati.
Sangat gelap. Kondisinya begitu pengap. Sepertinya lampunya tidak pernah dinyalakan. Barang-barang rongsokan berantakan. Debu bererbabgan ketika aku mencoba menggeser sebuah bangku.