Mohon tunggu...
Mas Sam
Mas Sam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca tulisan, menulis bacaan !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rintihan Tangis di Gudang Tua

2 Desember 2020   23:19 Diperbarui: 2 Desember 2020   23:20 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mataku menyisir ke seluruh ruangan. Aku ingin melihat barangkali ada barang yang masih bisa digunakan. Di bawah meja mataku tertumbuk ke sebuah benda yang tidak asing dengan anak-anak kecil. 

Sebuah dakon kayu dengan ukiran yang indah. Dua buah patung kecil berada di ujung-ujungnya saling berhadapan. 

Dengan susah payah aku dapat mengambilnya. Debu tebal menutupi lubang-lubangnya. Tidak sabar aku meniupnya dengan keras. Debu-debu menghambur ke mukaku. Mataku tertutup. Gelap. Hidung dan mulutku penuh kemasukan debu.

Pandanganku semakin gelap. Aku kesulitan untuk bernafas. Dada terasa tersumbat, tersengal-sengal. Tetiba kepalaku terasa pusing. Berat sekali. Akupun kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Terkulai pingsan.

Dalam pingsanku, kulihat patung-patung tadi menangis. Merintih.

"Kenapa kalian menangis?"tanyaku.

"Sejak dibeli oleh kakekmu aku tidak pernah dimainkan."

"Kami sedih!"

Jkt, 021220

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun