**
"Mas aku perlu dana 5 M", pinta istri mudaku. Katanya uang sebanyak itu untuk mengamankan dukungan untukku.
Tanpa berpikir panjang aku pun menyanggupinya. Toh untuk kepentingan mendongkrak popularitasku juga, pikirku.
Setiap aku mau berkunjung ke suatu wilayah istri mudaku itu selalu merengek pengin ikut. Aku sebenernya jadi kasihan dengan istri pertamaku yang tidak pernah aku ajak.Â
Padahal istriku itu besar sekali jasanya untuk suksesnya karirku di dunia politik. Pada awal aku terjun ke dunia politik dukungan dana dari keluarganya tidak terhitung jumlahnya.
Memang si beberapa kerabat dari istri sudah aku tempatkan di beberapa tempat yang strategis. Anggap saja semacam balas budi begitu.Â
"Hati-hati dengan si pelakor itu mas", kata istriku suatu waktu memperingatkan aku.Â
Aku tidak menanggapinya. Aku pikir istriku sedang cemburu saja.Â
Menjelang pilkada memang istri mudaku kelihatan sibuk banget. Selain selalu minta mendampingi setiap acaraku dia juga mempunyai agenda bertemu dengan warga tersendiri.
Pembawaannya yang supel menjadikan dirinya gampang diterima oleh masyarakat. Akulihat dia mencoba mendekati kaum milenial karena memang usianya tidak terpaut jauh.
Aku senang-senang saja dengan aktivitas istri mudaku itu. Tidak ada syak wasangka apapun.