Setelah berliku-liku di jalanan kota yang padat mereka sampai di pinggiran kota.
"Turun bang", kata Darsim sambil menyodorkan uang ongkos angkut.
Parmin bingung di mana rumah temanya kok turunnya di pinggiran sawah.
"Ayo ikuti aku", kata temannya.
Masih dalam kebingungan dia mengikuti temannya itu. Mereka berjalan di atas pematang sawah yang kiri kanannya banyak ditanami sayur-sayuran. Ada bayam, kangkung, cesim, kacang panjang bahkan beberapa tempat diselang-seling dengan singkong dan pepaya.
Di depan sebuah gubug mereka berhenti. Darsim mengeluarkan kunci dari tasnya, kemudian membuka gembok tua.
"Masuklah. Inilah istanaku di kota", katanya sambil menyilahkan Parmin masuk gubugnya.
Parmin tidak segera menjawab atau masuk ke dalam gubug. Dia terpaku bengong di depan istana di tengah sawah milik teman masa kecilnya itu.
"Tidak usah bengong. Kalo kamu mau berusaha dengan keras kamu bisa mengubah hidupmu!", tegas temannya.
"Ya", jawabnya dalam hati.
Jkt, 200920