"Teman bisnis konveksi, pa", terangnya kepada suaminya.
Gosip di antara para tetangga makin membesar.
"Pasti pake susuk pemikat", kata pemilik kontrakan setelah menerima aduan dari sesama pengontrak.
"Lihat saja tatapan matanya", timpal pengontrak yang lain.
Memang tatapannya sendu menghujam. Â Menurut cerita para lelaki yang sering bertamu dan ngobrol berlama-lama, mereka seakan terhipnotis setiap melihat sorot matanya. Â Apalagi kerling matanya, seakan merontokkan hati para kaum adam itu. Â Mereka tidak kuasa memandang tatapan matanya.. Satu hal lagi, masih menurut cerita para lelaki itu, senyumannya membuat mereka betah berbincang-bincang ngalor ngidul sampai lupa waktu.
"Kalo sudah berhadapan dengannya tidak bisa berkutik", imbuh yang lain.
"Kata-kata yang keluar dari mulutnya menyihir", timpal laki-laki satunya.
"Nego bisnis sama dia pasti deal", celetuk yang jadi rekanan bisnis konveksi.
*
"Kita makan sate yuuk", ajakku kepada mbak Dita. Â
Aku memanggilnya mbak Dita. Sudah dua bulanan lebih aku sering jalan dengannya. Biasa saja asal jalan tanpa tujuan. Â Kadang ke mall, kadang nonton ke bioskop, kadang ke toko buku, bahkan kadang mengantar dia ke majlis taklim. Â Yang sering si jalan mencari tempat makan. Â Aku sukanya dia tidak gengsian, bahkan aku ajak makan di warteg pun ngikut saja.