Mohon tunggu...
Masrura RamIdjal
Masrura RamIdjal Mohon Tunggu... Lainnya - PhD Candidate dari Oxford Brookes University, pengusaha Biro Perjalanan Wisata

Success is no accident. It is hard work, perseverance, learning, studying, sacrifice and most of all, love of what you are doing or learning to do (Pele)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Serah Ponggokan, Tradisi Musyawarah dan Gotong Royong sebelum Seren Taun di Kasepuhan Cipta Mulya

29 Agustus 2018   16:25 Diperbarui: 29 Agustus 2018   19:58 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Sirna Resmi kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi terletak sekitar dari 31 KM Pelabuhan Ratu, ibukota kecamatan Kabupaten Sukabumi atau sekitar 180 KM dari Bandung, dan sekitar 158 KM dari Jakarta. Jalan beraspal mulus hotmix tersambung hingga memasuki daerah Desa Sirna Resmi dan hanya beberapa kilometer tersambung dengan jalan yang terbuat dari semen ketika mendekati wilayah Kasepuhan Cipta Mulya.

Terdapat tiga kampung adat atau kasepuhan di Desa Sirna Resmi yaitu Kasepuhan Cipta Mulya, Kasepuhan Sinar Resmi dan Kasepuhan Cipta gelar. Ketiga kasepuhan ini sebenarnya masih bertalian keluarga tetapi mereka hidup dalam wilayah administratif yang terpisah dan masing-masing juga dipimpin oleh ketua adat yang berbeda juga.

Sesampainya di Desa Sirna resmi, petunjuk ke arah Kasepuhan Cipta Mulya akan terlihat terlebih dahulu. Sedangkan Kasepuhan Sinar Resmi terletak tidak begitu jauh dari Kasepuhan Cipta Mulya atau tepatnya di depan Kanor Balai Desa Sirna Resmi dan Kasepuhan Cipta Gelar terletak sekitar 14 KM dari desa ini yang dapat ditempuh dengan kendaraan beroda empat dengan kondisi khusus atau bermotor beroda dua saja.

Ketiga kasepuhan memiliki adat dan budaya yang hampir sama dan salah satu yang terkenal adalah upacara adat Seren Taun. Upacara adat Seren taun adalah upacara adat panen padi yang dilakukan setiap tahun untuk bersyukur kepada Tuhan yang maha kuasa atas hasil panen yang telah mereka peroleh saat ini dan berharap akan hasil yang meningkat di tahun berikutnya. 

Dalam upacara ini mereka menyerahkan padi yang telah mereka hasilkan untuk disimpan di dalam Leuit atau Lumbung. Bagi masyarakat di sini Padi adalah sumber kehidupan dan kesuburan bagi mereka. Upacara Seren Taun dilaksanakan setiap tahunnya di tiap kasepuhan ini.

Nah sebelum melaksanakan upacara adat Seren Taun tersebut, ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat kasepuhan salah satunya adalah kegiatan yang disebut dengan Serah Ponggokan. Serah Ponggokan adalah wujud permintaan maaf kepada ibu pertiwi yang sudah diolah untuk berbagai keperluan pertanian dan juga sebagai penyerahan Ponggokan untuk biaya pelaksanaan Seren Taun. 

Kegiatan serah Ponggokan ini dilaksanakan beberapa saat biasanya 2 hingga 3 minggu sebelum acara Seren Taun di laksanakan dan juga bertujuan untuk memusyawarahkan biaya pelaksanaan dan kegiatan selama Seren taun tersebut.

Ponggokan dihadiri oleh seluruh masyarakat diwilayah Kasepuhan dan juga "kolot Lembur" atau para sesepuh dari masyarakat atau komunitas yang mengikuti kasepuhan tersebut. Setiap yang hadir membawa "nasi tumpeng Kabuli" yaitu makanan khas kasepuhan yang terbuat dari nasi dan aneka lauk pauk didalamnya yang dibentuk seperti bentuk gunung dan dimakan bersama-sama setelah acara musyawarah nantinya. 

Selain membawa Nasi tumpeng gunungan beberapa dari mereka hanya membawa beras saja. Oleh karenanya di " Imah Gede" ibu-ibu juga sibuk memasak dan menyiapkan makanan di dapur atau Pawon untuk para tamu-tamu yang akan datang pada hari itu.

Imah gede adalah bangunan terbesar yang ada di kasepuhan dan pusat dari semua aktivitas diKasepuhan. Imah gede ini dihuni oleh Ketua adat atau Abah beserta keluarganya dan menjadi pusat dari "pemerintahan adat" di kasepuhan ini. Imah gede juga sebagai tempat berkumpulnya para "incu putu" ketika akan melakukan musyawarah. Setiap tamu yang datang diterima secara ramah dan terbuka oleh mereka. 

Disana sini di teras ataupun didalam imah gede terdapat kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari beberapa laki-laki berpakaian hitam-hitam dengan ikat kepala khasnya serta tas menyandang tas anyaman yang mereka sebut Kaneron. Sementara semua kaum perempuan yang berada di Imah gede menggunakan sarung atau Sinjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun