Mohon tunggu...
Masrul Purba Dasuha
Masrul Purba Dasuha Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Saya Masrul Purba Dasuha, SPd seorang pemerhati budaya Simalungun berasal dari Pamatang Bandar Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Simalungun adalah jati diriku, Purba adalah marga kebanggaanku. Saya hidup berbudaya dan akan mati secara berbudaya. Jangan pernah sesekali melupakan sejarah, leluhurmu menjadi sejarah bagimu dan dirimu juga kelak akan menjadi sejarah bagi penerusmu. Abdikanlah dirimu untuk senantiasa bermanfaat bagi sesama karena kita tercipta sejatinya memang sebagai pengabdi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Lahirnya Marga Tarigan

17 Desember 2016   04:53 Diperbarui: 31 Desember 2016   07:13 4687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 6: Raja Dolog Silou, Tuan Ragaim Purba Tambak, putera Tuan Tanjarmahei Purba Tambak dan ayahanda dari Tuan Bandar Alam Purba Tambak.

Selain di tanah Simalungun dan Karo, marga Tambak juga ditemukan di daerah Padang Lawas dan Kota Pinang. menurut Nalom Siahaan B.A dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Batak menerangkan, akibat kehadiran marga Harahap mereka terdesak dan pindah ke Kota Pinang. Bila berkunjung ke Padang Lawas dan Mandailing, kita akan menemukan sejumlah perkampungan yang mengabadikan marga Purba seperti Bangun Purba, Purba Bangun, Tanjung Purba, Purba Sinomba, Purba Tua, Purba Lama, dan Purba Baru, apakah perkampungan ini ada kaitannya dengan keberadaan Purba Tambak di tempat ini, barangkali perlu penelitian lebih lanjut. Marga Tambak inilah yang ditemui oleh Batara Sinomba dan puteri Lenggani dari Pagaruyung. Dari kedua orang inilah cikal bakal lahirnya Kesultanan Kota Pinang, Bilah, Panai, Kualuh, dan Asahan. Pada tahun 2005 penulis pernah bertemu dengan salah seorang penyandang marga Tambak di Padang Lawas sewaktu berkunjung ke kampung halaman ipar penulis di Dusun Sipaho Desa Janji Matogu, Kec. Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara sekaligus mengunjungi komplek situs Candi Portibi. Keberadaan marga Tambak di Padang Lawas, mengingatkan penulis pada Kerajaan Panai yang pernah berdiri di lembah sungai Panai dan Barumun yang hancur oleh serangan Kerajaan Chola pada tahun 1025 Masehi. Kerajaan Panai merupakan kerajaan besar sebagai bukti kejayaan masa silam suku Batak di Sumatera Utara. 

Adapun Tarigan Gerneng berasal dari Purba Sigumondrong keturunan Purba Tambak yang lahir dari boru Saragih Simarmata, marga ini berawal dari kampung Tingkos. Dari Tingkos inilah keturunannya menyebar ke tanah Karo. Sementara Tarigan Silangit berasal dari Purba Silangit, keturunannya yang pindah ke tanah Karo datang dari kampung Toras, Panribuan, Saran Padang, dan Langit Sinombah. Dari sini mereka menyebar ke tanah Karo, sebagian lagi bergerak ke Deli Serdang menduduki daerah Gunung Mariah, Bangun Sinombah, dan Bandar Sinombah hingga ke Bah Gerger di Lubuk Pakam. Dari Gunung Mariah, keturunannya pindah lagi ke tanah Karo. Pada zaman dahulu di sekitar Dolog Tinggi Raja di Kecamatan Silou Kahean pernah dikuasai leluhur mereka, konon terbentuknya cagar alam Dolog Tinggi Raja adalah akibat dari tragedi bencana banjir yang menimpa wilayah kekuasaan mereka, masyarakat setempat meyakini usai tragedi inilah sebagai awal mula munculnya massa air panas dan kawah putih di wilayah ini. Akibat bencana ini, keturunannya berhamburan keluar meninggalkan Dolog Tinggi Raja, ada yang pindah ke Raya, Toras, Langit Sinombah, dan Purba Sinombah. Hingga saat ini masih ditemukan keturunan Purba Silangit mendiami daerah sekitar Dolog Tinggi Raja. Kemudian Tarigan Tua, marga ini berasal dari Purba Tua di Silima Huta Simalungun dan memiliki ikatan persaudaraan yang erat dengan Purba Tanjung di Sipinggan, simpang Haranggaol. Eksistensi marga ini ditandai dengan adanya kampung Purba Tua yang berada di Kecamatan Silima Huta yang kemudian terbagi menjadi Purba Tua Bolag dan Purba Tua Etek, dari sini keturunannya menyebar ke daerah Rahut Bosi (Rakut Besi sekarang), Tambak Bawang, dan Tingkos, dari tempat ini sebagian keturunanya menyebar ke tanah Karo. Marga inilah yang menerima kehadiran salah seorang keturunan marga Cibero dari Tungtung Batu yang pindah ke Juhar kemudian ditabalkan jadi Tarigan Sibero, peristiwa ini terjadi sekitar 500 tahun yang lalu.

Gambar 7: Tuan Ragaim Purba Tambak bersama para penasehat dan pengawalnya di depan Rumah Bolon di Pamatang Dolog Silou   

Tarigan Tendang atau sebagian menyandang Tarigan Tondang, berasal dari Purba Tondang. Tanah asal marga ini adalah Hitei Tanoh (Huta Tanoh sekarang) di Kecamatan Purba, marga ini memiliki hubungan erat dengan Purba Tambun Saribu. Keturunannya memperluas wilayah hingga sampai Hinalang dan Purba Hinalang. Dari sini menyebar lagi ke Rahut Bosi di Kecamatan Silima Huta terus ke tanah Karo. Sementara Tarigan Tambun, berasal dari Purba Tambun Saribu yang datang dari Binangara di Kecamatan Haranggaol Horisan. Marga ini bersaudara dengan Purba Tondang, perkembangannya berawal dari Silombu (tempat ini kini sudah berubah menjadi area perladangan) kemudian menyebar ke Binangara di Kecamatan Purba. Setiap tahun seluruh keturunan Purba Tambun Saribu dan Tarigan Tambun mengadakan pertemuan tahunan yang bertempat di Haranggaol dan tugu marga ini sudah dibangun di Binangara Kecamatan Haranggaol Horisan, Simalungun. Sedangkan Tarigan Purba Cikala atau Tarigan Cikala berasal dari Purba Hinalang, Simalungun pecahan dari Purba Pakpak. Leluhur marga ini pindah ke Dolog Silou dan mendirikan kampung Tanjung Purba dekat Tambak Bawang, dari sini menyebar ke tanah Karo. 

Cabang Tarigan lainnya yaitu Tarigan Sibero, leluhur marga ini datang dari Tungtung Batu termasuk tanah adat Suak Keppas Kecamatan Silima Punggapungga, Dairi. Ketua Sulang Silima marga Cibero yang tinggal di Tungtung Batu menjelaskan kepada penulis bahwa leluhur Tarigan Sibero dalam tarombo disebut dengan gelar Guru Melayu, dia memiliki dua orang anak, yang sulung bergelar Pangultopultop dan yang bungsu bernama Batu. Abangnya, Pangultopultop pergi berkelana ke Simalungun dan memasuki wilayah Kerajaan Panei dan mendirikan Kerajaan Purba dan mengidentifikasi dirinya dengan sebutan Purba Pakpak. Setelah Pangultopultop memiliki kekuasaan di Simalungun, dia mengundang adiknya agar datang mengunjunginya. Si Batu menerima undangan tersebut dan datang menyusul abangnya ke Simalungun. Setelah beberapa lama tinggal bersama abangnya, dia kemudian meminta izin untuk kembali ke Tungtung Batu untuk menjenguk orangtuanya yang sudah lama ditinggalkannya. Batu memiliki dua orang anak, pertama bernama Gondang dan kedua bernama Buah atau Suksuk Langit yang juga digelari dengan Pengelter atau disebut juga si Mbelin Gelang. Buah mengikuti jejak pamannya berkelana, dia pergi ke Singkil kemudian meneruskan perjalanan hingga sampai di Tiga Binanga, dari sini ke Gunung Babo lalu turun ke Juhar. Pada masa itu sudah ditemukan kelompok Tarigan Tua di Juhar yang menjadi pihak menantu dari Ginting Munthe. Tarigan Tua menerima kedatangan si Buah di Juhar hingga ia ditabalkan menjadi Tarigan Sibero, ia kawin dengan puteri Peranginangin Pinem. Di Deli Serdang terdapat juga sejumlah keturunan Tarigan Sibero, mereka ini tidak berasal dari Juhar melainkan dari keturunan Purba Siboro yang datang dari Simalungun dan pulau Samosir.

Gambar 8: Raja Purba XII Tuan Rahalim Purba Pakpak didampingi para penasehatnya, ia merupakan raja bagi golongan Tarigan Tendang/Tondang, Tarigan Tambun, dan Tarigan Purba Cikala.

Tarigan Gersang, sebagian tetap menggunakan Tarigan Girsang. Mengenai asal marga ini ada tiga pendapat yang berkembang, pertama sebagian penyandang marga ini meyakini leluhur mereka berasal dari Lehu keturunan marga Cibero, kedua ada yang menyatakan keturunan Purba Sigulang Batu dari Humbang, ketiga ada yang mengaku berasal dari Sitampurung dekat Siborongborong keturunan marga Sihombing Lumban Toruan. Komunitas Girsang yang tinggal di daerah Silimakuta umumnya meyakini asal leluhur mereka datang dari Lehu. Posisi Girsang di Lehu adalah sebagai menantu dari marga Manik, sejarahnya diawali ketika si Girsang mengembara hingga akhirnya sampai ke Lehu, dia kemudian diangkat menjadi menantu oleh Raja Mandida Manik salah seorang penguasa di Suak Pegagan tanah Pakpak. 

Dari hasil investigasi penulis beberapa tahun yang lalu, di mana penulis mewawancarai salah seorang pengetua adat Pakpak marga Cibero. Ia menjelaskan bahwa Girsang adalah keturunan dari marga Cibero. Dia tinggal di sebuah bukit di kampung Lehu, kediamannya merupakan tanah pemberian Raja Mandida Manik, yang dalam istilah Pakpak disebut rading beru. Adapun nama leluhur pertama marga Girsang yg datang langsung dari Pakpak menurutnya ada dua orang, yaitu si Girsang dan Sondar Girsang, mereka ini keturunan kesebelas dari Raja Ghaib leluhur pertama marga Cibero. Asisten Residen Simalungun dan Karo, J. Tideman dalam bukunya Simeloengoen: het land der Timoer-Bataks in zijn vroegere isolatie en zijn ontwikkeling tot een deel van het cultuurgebied van de Oostkust van Sumatra mengisahkan, leluhur Girsang berasal dari tanah Pakpak, suatu hari ia mengejar seekor rusa ke timur yang ditembaknya di Lehu; rusa tersebut dikejar oleh anjingnya sampai ke Dolog Tanduk Banua (Sipisopiso). Di tempat ini mereka kehilangan jejak, si Girsang melihat seekor kerbau putih (horbou jagat), sehingga dia menduga sedang berada di suatu perkampungan. Untuk memenuhi rasa penasarannya, dia bersama anjingnya lalu mendaki Dolog Tanduk Banua, namun karena sepanjang hari mereka tidak makan dan minum, mereka lapar dan haus  sehingga si Girsang duduk di bawah pohon dan meminum beberapa tetes embun yang jatuh dari daun, dia lalu bangkit berdiri. Anjingnya berjalan dengan menjulurkan lidahnya, si Girsang kemudian membantu hewan ini memetik cendawan merah dan memberikan kepadanya untuk dimakan, namun ternyata buah itu mengandung racun. Setelah dia memberikan cendawan putih, maka hewan itu pulih kembali seperti sebelumnya. Si Girsang mengetahui bahwa cendawan merah itu mengandung racun, sementara cendawan putih bisa digunakan sebagai obat penawar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun