Mohon tunggu...
Masruhin Bagus
Masruhin Bagus Mohon Tunggu... Petani - www.jejakruang.com

On Becoming learner, blogger, teacher

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menangkal Hoaks dengan Kemampuan Literasi dan Nilai Spiritual

3 November 2022   12:39 Diperbarui: 3 November 2022   12:41 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hoaks (image source: pixabay)

Survei terbaru yang diadakan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2022 menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia terus meningkat dari 175 juta menjadi 220 juta pengguna. Dari hasil survey tersebut bisa dikatakan bahwa meningkatnya pengguna internet juga meningkat pula penggunaan media sosial. Meningkatnya pengguna media sosial berarti meningkat pula arus penyebaran informasi.

Meningkatnya arus penyebaran informasi di atas bukan tidak dimungkinkan juga disertai dengan dampak-dampak negatif lainnya, salah satunya adalah maraknya informasi atau berita hoaks. Baik sebagai pengkonsumsi, penyebar, maupun produsen hoaks. Secara sengaja atau pun tidak sengaja. Tentu ini sangat berbahaya bagi ekosistem informasi yang sehat di Indonesia.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana cara agar kita tidak terjebak dalam lingkaran hoaks? Bagaimana mengenali hoaks? Dan bagaimana cara menangkal hoaks?

Pengertian Hoaks

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hoaks adalah informasi bohong, atau informasi yang tidak memiliki sumber pasti. Sedangkan menurut Wikipedia berita bohong atau hoaks (bahasa Inggris: hoaks) adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya.

Dari pengertian di atas, bisa disimpulkan bahwa berita hoaks adalah membuat atau menyebarkan informasi bohong atau tidak benar dengan cara mengaburkan informasi yang sebenarnya, dengan cara membanjiri suatu media dengan pesan yang salah agar bisa menutupi pesan yang benar dan agar mereka percaya terhadap informasi yang disampaikan.

Dengan kata lain, hoaks adalah upaya untuk memutarbalikkan fakta. Dengan tujuan membuat masyarakat merasa tidak aman, tidak nyaman, dan kebingungan. Dalam kebingungan, masyarakat akan mengambil keputusan yang lemah, tidak meyakinkan, dan bahkan salah dan merugikan. Merugikan secara materi maupun non materi.

Mengenali Ciri-Ciri Berita Hoaks

Meningkatnya jumlah pengguna internet membuat siapa saja bisa memproduksi dan juga mengkonsumsi informasi. Setiap hari bahkan setiap detik informasi berganti tanpa henti dan belum sempat terverifikasi kebenarannya. Derasnya informasi ini membuat siapa saja dapat menerima berbagai macam berita. Tanpa kemampuan literasi yang baik seseorang akan terjebak dalam lingkaran setan bernama berita hoaks.

Lalu, bagaimana mengenali informasi atau berita hoaks? Berikut beberapa ciri berita hoaks yang harus diketahui. Menurut Dewan Pers sebagaimana dilansir dalam Kompas.com, hoaks memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Informasi tersebar menyebabkan kebencian antar kalangan hingga menimbulkan permusuhan dan kecemasan pada masyarakat.
  • Sumber informasi tidak jelas atau tidak ada yang tahu siapa penulisnya alias anonim, cenderung memojokkan pihak tertentu.
  • Adanya informasi disampaikan secara fanatik akan suatu ideologi, kata-kata menimbulkan provokatif, dan tidak ada informasi maupun fakta yang aktual.
  • Biasanya, penulisannya berantakan, seperti ada huruf kapital, huruf tebal, banyaknya tanda seru, serta sumber tidak jelas atau tepercaya. Termasuk menggunakan judul berita yang provokatif dan clickbait.
  • Informasi bersifat menyerang, berat sebelah, dan tidak netral.
  • Memaksa untuk membagikan berita tersebut agar viral.
  • Berita yang diluncurkan tidak menyeluruh, ada fakta yang disembunyikan, dan memelintir informasi yang diberikan oleh sumber terpercaya.
  • Menggunakan data dan foto fiktif agar berita yang ditulis dapat dipercaya.
  • Memanipulasi fakta yang sebenarnya. Termasuk memanipulasi foto maupun video.
  • Ditulis oleh media yang tidak kredibel. Termasuk dari portal berita online yang tidak terpercaya.

Sebab dan Akibat Maraknya Berita Hoaks

Berita hoaks yang massif tersebar di masyarakat akan memberikan dampak negatif. Karena berita hoaks yang disebarkan mempunyai tujuan antara lain untuk menyebarkan kebencian terhadap seseorang, atau suatu kelompok, penipuan, provokasi, propaganda, atau pembentukan opini publik, hingga upaya yang direkayasa untuk menutupi kesalahan tertentu.

Berita hoaks yang beredar di tengah masyarakat sering kali berkaitan dengan isu politik, agama, dan ekonomi. Bahkan, ada juga penipuan seperti info lowongan pekerjaan. Selain itu, seseorang melakukan produksi hoaks dan menyebarkan berita hoaks juga memiliki beberapa motif atau sebab, antara lain:

Pertama, sikap partisan. Menganggap berita atau informasi yang diterima sesuai dengan selera pribadi, sehingga lalai mengecek dan menganalisa, langsung disebarkan tanpa memverifikasi kebenaranya. Tidak peduli benar atau tidak langsung disebarkan.

Kedua, identitas dan eksistensi. Dengan mengirim sebuah berita atau informasi, menganggap dapat menguatkan identitas diri dan afiliasi sosialnya.

Ketiga, dramatisasi. Mendramatisir isu yang sedang berkembang dengan menambah atau membumbui berita agar terkesan dramatis. Misalnya, eksploitasi isu politik, SARA, ekonomi, kesehatan, keselamatan, keamanan makanan, kriminalitas, bencana, takut dosa, dan lain-lain.

Keempat, kenaifan. Ingin orang lain juga tahu. Padahal belum tentu orang lain peduli, membutuhkan atau menganggap penting.

Dan kelima, aktualisasi diri. Ingin dianggap pribadi yang paling tahu, paling memahami isu yang berkembang, paling terdahulu, dan paling update.

Dari motif di atas, berita hoaks menjadi sesuatu yang tidak bisa terhindarkan yang akhirnya akan menimbulkan akibat dan dampak negatif. 

Beberapa dampak dari maraknya berita hoaks adalah:  

Menimbulkan Perpecahan

Berita bohong memicu perpecahan, baik antar individu maupun kelompok. Hal ini disebabkan penggiringan opini terhadap seseorang atau kelompok, sehingga menimbulkan kebencian terhadap orang atau kelompok tersebut. Nah, jika sudah membenci satu sama lain, maka perpecahan dan permusuhan tidak dapat dihindari.

Menurunkan Reputasi Seseorang

Sering kali berita hoaks akan merugikan satu pihak, dan menguntungkan pihak lainnya. Karena berita palsu bersifat mengadu domba, pihak korban akan merasa dirugikan dengan pencemaran nama baik, dan menurunnya reputasi.

Tidak Lagi Percaya Fakta

Karena terlalu banyak berita bohong yang beredar, masyarakat jadi sulit membedakan mana informasi hoaks, dan mana yang fakta. Dengan maraknya hoaks, masyarakat justru tidak lagi percaya dengan fakta yang sebenarnya karena terlanjur keliru.

Menimbulkan Opini Negatif

Berita hoaks sering kali menyasar emosi masyarakat. Fitnah yang disebar dapat menyulut kebencian dan kemarahan, sehingga masyarakat memiliki sudut pandang negatif terhadap seseorang, kelompok, ataupun suatu produk. Upaya ini bisa disebut dengan black campaign untuk menjatuhkan pesaing.

Merugikan Masyarakat

Hoaks bisa saja merugikan masyarakat secara materi. Hal semacam ini sudah banyak terjadi dimana seseorang diminta untuk memberikan sejumlah uang karena menang undian, dan mengatasnamakan suatu brand. Bahkan, dalam hal melamar kerja, misalnya seseorang diminta untuk membayar uang pendaftaran agar bisa diterima di perusahaan tersebut.

Menangkal dan Menghindari Berita Hoaks

Setelah mengenali ciri-ciri berita hoaks dan dampaknya, ada beberapa cara dalam menangkal dan menghindari hoaks, yaitu:

Pertama, meningkatkan keimanan. Dengan nilai keimanan yang baik, dapat menjadi pengendali dalam berbuat dan bertingkah laku. Seseorang akan memiliki batasan atau rambu-rambu sebelum bertindak. Seseorang akan memiliki control sebelum membuat dan menyebarkan hoaks.

Kedua, mengasah kemampuan literasi digital. Dengan kemampuan literasi digital seseorang akan lebih bijak, kritis, dan obyektif. Bijak dalam membaca, menganalisis, dan mempercayai suatu informasi, sebelum terjebak ikut-ikutan menyebarluaskan hoaks.

Ketiga, cross check. Langkah ketiga ini merupakan langkah praktis dalam menerima berita atau informasi. Jika ada berita heboh, viral di media sosial, tetapi di tidak ada beritanya di portal online terpercaya, maka bisa dipastikan berita tersebut belum jelas kebenarannya.

Keempat, tidak mudah percaya (skeptis). Sikap skeptis diperlukan dalam menerima informasi. Hal ini ini sekaligus mengasah untuk berpikir kritis.  Tidak mudah terpengaruh dengan judul berita yang provokatif.

Kelima, membaca dengan tuntas. Membaca merupakan kemampuan literasi yang harus juga diasah. Yaitu dengan membiasakan membaca informasi dengan tuntas sebelum menyimpulkan dan menyebarkannya. Termasuk informasi dalam bentuk video harus diupayakan menonton sampai habis.

Keenam, cek keaslian foto kejadian. Apakah benar foto tersebut berkaitan dengan berita yang dibaca atau tidak. Saat ini, konten foto maupun video dapat dimanipulasi dengan mudah.

Ketujuh, bergabung dengan komunitas anti hoaks. Langkah yang terakhir, aktiflah berdiskusi bersama orang yang dipercayai, dan bergabung dengan komunitas anti berita bohong.

Dari beberapa cara atau langkah menangkal hoaks di atas, pada intinya agar tidak menjadi bagian dari penyebar hoaks, maka kita harus melakukan cross check, untuk cross check kebenaran informasi kita dapat mengeceknya melalui www.turnbackhoax.id dan www.cekfakta.com yang dikelola oleh MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia). Situs ini dapat membantu kita dalam memastikan kebenaran sebuah berita.

Jika masih ragu akan kebenaran informasi sebaiknya menghentikan berita tersebut dan tidak diteruskan lagi ke orang lain. Itu lebih aman. Bahkan bila berita tersebut benar tetapi kurang ada manfaatnya, sebaiknya juga tidak perlu disebarluaskan. Bila hanya akan menambah kegaduhan saja.

KESIMPULAN

Meningkatnya jumlah pengguna internet berarti meningkat pula produksi dan distribusi informasi atau berita. Derasnya arus informasi yang terupdate setiap detik akan memberikan dampak positif dan negatif. Dampak negatif tersebut antara lain maraknya berita bohong dan fitnah alias hoaks.

Dengan kemampuan literasi digital, kita akan dapat mengenali dan memilah mana berita yang benar dan mana yang hoaks. Kita harus berpikir skeptis (tidak mudah percaya), kritis dan obyektif ketika menerima sebuah informasi atau berita. Kemampuan menyaring informasi dan berita inilah yang harus terus diasah dan dikuatkan kepada generasi kita saat ini.

Tersebab muncul dan beredarnya berita bohong harus dihindari. Hindari sikap egois, hanya mementingkan diri sendiri. Misalnya memproduksi berita hoaks hanya karena motif ekonomi, hanya demi konten, demi viewer, dan demi 'cuan'. Sikap seperti ini tentu sangat berbahaya dan merugikan orang lain.

Selain memiliki kemampuan literasi digital, kita juga harus mampu mengendalikan diri dan memiliki integritas di era digital saat ini, agar kita tidak menjadi bagian dari maraknya berita bohong atau hoaks. Mengendalikan diri untuk tidak terbawa arus negatif penyebaran berita hoaks dengan meningkatkan keimanan terhadap agamanya masing-masing. Menjunjung tinggi harga diri dengan tidak menjadi bagian dari orang-orang memproduksi hoaks demi uang.

Kita harus ingat, nama lain dari hoaks adalah fitnah. Nabi Muhammad SAW bersabda: Tidak akan masuk surga orang yang suka menebar fitnah" (HR. Bukhari Muslim). Dari Hadits lain, "Jika tidak bisa berkata (menulis) dengan benar maka lebih baik diam". (Nabi Muhammad SAW), dikuatkan juga dalam Al Qur'an: "Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan" (Al Baqarah; 191)

Semoga kita dapat meningkatkan nilai spiritual dalam menghadapi maraknya berita hoaks dan semoga ekosistem informasi kita semakin sehat dengan kemampuan literasi digital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun