Mohon tunggu...
ᶜᵒᶜᵒмеo
ᶜᵒᶜᵒмеo Mohon Tunggu... Freelancer - Cogito ergo scribe

More Coffee More Beer

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pesan Penting untuk Ricky Vinando

1 Oktober 2015   06:51 Diperbarui: 1 Oktober 2015   07:46 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis adalah sebuah kenikmatan tersendiri dan menganalisis suatu topik terhangat yang sedang beredar merupakan suatu ujian akan kreatifitas. Jika meletakan sudut pandang analisis mengenai tema politik berdasarkan konsep komunikasi politik tidak ayal akan menghasilkan daya tarik yang memukau bagi pembacanya.

Namun, berhati-hatilah saat mengungkapkan gagasan akan analisis yang dikemukakan, sekali lagi, berhati-hatilah!

Kata "hati-hati" tersebut mengandung makna, jika akan membuat tulisan yang mengutip redaksional yang telah dipublikasi media mainstream, maka sangat disarankan untuk benar-benar membacanya dan memahaminya.

Di sini saya akan memberi contoh sebuah artikel berdasarkan analisis si penulis dengan judul "Dibalik Makna Ancaman Kudeta Militer oleh SBY" [Update: Tulisan sudah dihapus oleh si penulis pada pukul 7:43 AM (WIB). Tapi masih terekam di webcache.googleusercontent.com]

Ada beberapa analisis ngawur yang dibuat si penulis karena salah mengutip redaksional, yakni

  • "..... Dalam kesempatan tersebut, SBY menyatakan bahwa dirinya siap pasang badan untuk menggulingkan pemerintahan Jokowi-JK, ....." Ngaco
  • "....,Apa yang sebenarnya membuat SBY  melontarkan pernyataan tentang kesiapannya pasang badan untuk TNI, terkait ancaman kudeta milter yang dinyakannya [sic] tersebut. berikut analisannya [sic] politiknya. " Ngaco

Padahal, jelas-jelas diberitakan oleh seluruh media mainstream, bahwasanya Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Menolak dengan tegas adanya kudeta milter tersebut.

Saya kutipkan redaksional dari TribunNews (mewakili berbagai redaksional media mainstream) dengan judul artikel "SBY: Saya Tidak Setuju Militer Lakukan Kudeta"

Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengecam bila ada aksi kudeta oleh militer terhadap presiden. Bahkan Presiden ke-6 RI itu siap pasang badan jika hal itu benar akan jadi saat ini.

"Kalau ada pemikiran militer melakukan kudeta sekarang ini saya yang paling depan katakan menolak, tidak setuju," kata SBY dalam dalam bedah buku "Transformasi TNI: Dari Prajurit Kemerdekaan Menuju Tentara Profesional dalam Demokrasi" karya Letnan Jenderal (Purn) Agus Widjojo, di Kantor Centre for Strategic and International Studies, Jakarta Pusat, Senin (28/9/2015).

Jika membaca berulangkali redaksional tersebut (silahkan untuk penulis yang saya maksud membaca dan memahaminya), sangatlah jelas analisis si penulis (kompasianer) ngawur total dan ironisnya, ke-ngawuran analisis si penulis berdampak pada serentetan analisis yang dikemukakannya yang bisa saya simpulkan menjurus kepada penghasutan, fitnah dan pencemaran nama baik.

Berikut serentetan kutipan analisis yang dikemukakannya

  • "SBY hanya mencari solusi, lantaran kini, di era kepemimpinan Jokowi, semua permasalahan kompleks yang tak mampu ia selesaikan dalam masa dua periode kepemimpinanya, sudah secara langsung maupun tidak langsung membuat malu SBY dan juga lingkungan Cikeas."
  • ".....SBY merasa tak senang dengan sikap dan kemampuan kepemimpinan Jokowi, ....."
  • "..... SBY tak lagi mampu menahan rasa malunya, hingga spontan mengucapkan kalimat yang bernada serius, yakni mengancam mengkudeta Presiden Jokowi dari kursi RI-1."
  • "..... SBY hanya ingin mencari sensasi, lantaran dirinya kalah telak....."
  • " Terlepas dari sikap SBY yang suka cari sensasi, ancaman kudeta militer tersebut perlu juga untuk diwaspadai, lantaran sikap-sikap politik yang dimainkan SBY akhir-akhir ini kian menunjukkan bahwa, sesungguhnya SBY sangatlah tidak setuju dan tidak senang Indonesia banyak mengalami perubahan saat dipimpin oleh orang yang tidak didukungnya"
  • " SBY merasa perlu dan harus mengagalkan semua program hebat yang sudah digadang-gadang oleh Presiden Jokowi sejak kampanye pilpres lalu berlangsung."
  • " Bagi SBY, tak boleh yang ada melebihinya, ini fakta politik yang sebenarnya."
  • " maka tak ada jalan lain bagi SBY untuk membuat citra pemerintahan Jokowi berakhir buruk dengan citra pemerintahannya, yang penuh akan masalah.berbagai upaya dilakukan, salah satunya, ialah ancaman kudeta militer yang harus diantisipasi oleh pemerintah, karena nafsu politik untuk berkuasa yang ada dalam diri SBY tidak pernah padam, masih terus membara untuk menjungkilbalikkan presiden Jokowi dari kursi RI-1"

 

Serentetan kutipan analisis tersebut saya lihat tidak diformulasikan secara apik dan tanpa retorika tulisan yang ciamik sehingga saya sendiri kebingungan untuk memilah intisari analisis ngawur si penulis.

Saya memahami si penulis adalah orang yang baru belajar dan memiliki semangat untuk menganalisis kejadian politik yang berdasar pada konsep komunikasi politik. Namun sayangnya, si penulis gagal memahami redaksional awal yang bisa saja berujung pada bahaya bagi dirinya karena sudah menghasut, memfitnah dan mencemarkan nama baik SBY tanpa dasar yang jelas.

Selain itu yang sangat mengejutkan adalah artikel tersebut mendapat tempat di kolom Highlight (a.k.a pilihan editor) oleh admin Kompasiana. Yang benar saja?!!

Apakah para admin Kompasiana tidak meninjau substansi artikel tersebut? Ataukah kalian para admin tidak memiliki intuisi jurnalistik yang mengagumkan?

Ahh sudahlah, harap dimaklumkan karena admin Kompasiana akhir-akhir ini sedang kalut yang akan berujung menjadi kualat pada kalian Kompasianer hebat.

 

Selamat Pagi jangan lupa ngopi dulu.

 

Nb: Pesan utk penulis : Coba anda baca lagi secara benar semua tulisan di media mainstream. Analisis anda sangat ngawur yang malah bisa saja membahayakan anda sendiri. Mending hapus saja tulisan anda daripada nanti anda runyam.

 

Saudara Ricky Vinando, silahkan jika anda tersinggung akan tetapi substansi tulisan ini untuk pengembangan aktualisasi diri anda di masa depan. Jika ingin membuat perbandingan, artikel ini bisa dijadikan pembanding di mana tidak adanya redaksional yang dikutip dari media mainstream sehingga penulis bebas mengeksplor sebuah analisis. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun