Malam harinya, setelah IHT selesai, aku kembali tertantang untuk pergi ke tepi telaga. Pemandangan malam hari di sana ternyata juga tak kalah menarik. Bahkan, sensasinya terasa sungguh sangat berbeda. Udara yang super dingin ternyata juga tak menyurutkan langkah para wisatawan yang datang ke telaga. Entah untuk sekadar melihat keadaan Telaga Sarangan di malam hari, ataupun untuk menikmati santapan malam yang disediakan oleh warung-warung kecil di tepi telaga. Aku sendiri, memilih menyantap sate kelinci sambil menikmati keheningan malam, sebelum akhirnya kembali ke kamar hotel untuk beristirahat.
Seolah tak ada puasnya, keesokan harinya aku kembali lagi ke tepi telaga. Pagi itu, aku tidak ingin hanya sekadar duduk-duduk saja di tepi telaga, melainkan melakukan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Jika sebagian wisatawan memilih naik perahu mengelilingi telaga, aku dan beberapa teman lebih memilih untuk mengelilingi Telaga Sarangan. Ya, kami akan menjajal sensasi mengelilingi telaga yang terletak di kota mungil yang memiliki slogan “The Beauty of Java“ itu.
Sebenarnya ada banyak cara untuk mengelilingi Telaga Sarangan yang memiliki luas sekitar 30 hektar ini. Bisa dengan naik ojek, menunggang kuda yang disewakan oleh masyarakat setempat, ataupun dengan berjalan kaki. Akan tetapi, kami sendiri memilih untuk berjalan kaki, agar lebih leluasa menikmati keindahan panorama alam Telaga Sarangan di tiap sudutnya.
Bagi sebagian besar orang, berjalan kaki sejauh beberapa kilometer mungkin terasa melelahkan. Kaki akan terasa pegal dan njarem-njarem. Terlebih bagi orang yang jarang berjalan kaki seperti saya ini. Beruntung, sebelum berangkat ke Sarangan di hari sebelumnya, istriku memberikan satu bekal agar saat jalan-jalan di Sarangan tidak terasa pegal, yaitu Geliga Krim.
“Nanti kalau mau jalan-jalan, oleskan ini dulu di kedua kaki, Mas. Biar nggak pegal-pegal,” pesannya saat aku pamit mau berangkat ke Sarangan.
Beberapa temanku yang mencoba mengoleskan Geliga Krim di kaki dan tangannya pun mengaku, jika Geliga Krim ini sangat membantu meredakan sakit dan nyeri pada persendian serta otot-otot akibat kelelahan karena berjalan kaki mengelilingi telaga seluas 30 hektar. Temanku yang lain juga mengatakan, bahwa Geliga Krim ini hangatnya pas, tidak terlalu panas.
“Enak, Kang. Hangatnya pas, nggak terlalu panas..,” katanya.