"Heh , jangan suka ngomongin orang , gibah namanya. Ini kan mau dengar tausiyah Ramadan.... Malah ngomongin orang....,"
Tiba-tiba layarnya mengecil. Karena muncul layar yang lain. Ada anak kecil yang menangis kencang , di depan layar. Rupanya ibu-ibu belum mengerti mengoperasikan Zoom, anak kecil ikutan tampil.
Ya ampun, sampai segitunya? Aku jadi merenung. Harus koreksi dan sadar diri rupanya.
"Dedek, ajarin mama ya biar tidak gaptek.....,please..Mama janji tidak akan lelet  belajar,.."aku memohon pada si bungsu. Cuma dia yang mau mengajari emak-emak alumni 80 an ini. Astaga, jangan sampai aku malu-maluin lagi.
Kegaptekanku, sebagai  emak-emak (generasi 80 an  kali ya)  tidak hanya sampai disitu saja. Di grup Whatsapp yang sudah  familiar beberapa tahun, aku pernah salah kamar, sedang marah dan kesal menceritakan seseorang. Malah omelanku masuk dalam grup, mana waktu itu belum ada fitur untuk menghapus pesan pula.
Maka harus makin mengasah diri.
Jangan samapi pula aku seperti ada itu, seorang  ibu ibu yang iseng utak atik youtube, dan tak sadar menggunakan fitur siaran langsung. Sambil menatap-natap wajahnya di layar. Identik dengan  mereka yang bercermin di kaca gelap, padahal di baliknya ada manusia sedang mengamati.
Kejutan masa depan dengan teknologi yang hadir begitu cepat, kerap membingungkan  satu generasi tertentu.
Dulu aku menertawakan nenekku karena bingung cara menyalakan televisi, kini aku  giliran menjadi bagian kegaptekan itu. Pernah juga aku terpingkal-pingkal ketika mengajak ibu menginap di hotel, ia terkagum-kagum karena  kunci kamarnya pakai kartu .
Pernah satu ketika aku mendapat kiriman tautan aneh. Bingung, tak mengerti apa maksudnya. Kata anakku, jangan suka klik-klik tauran yang dikirim, isinya bisa virus. Tanya dulu Dedek.
Nah , ketika Dedek  sedang kerja praktek lama di luar kota, aku menerima kiriman tautan aneh. Jadi aku tunggu sampai Dedek pulang.