Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Minyak Goreng Mahal, Perbanyak Menu Sehat (Minim Minyak)

18 Maret 2022   16:32 Diperbarui: 18 Maret 2022   16:35 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minyak goreng  mahal, gegara HET Minyak Goreng Dicabut.

Minyak goreng memang kembali muncul di pasaran dengan harga melambung. Itupun  di pasar modern atau di supermarket. Semoga  fluktuasi harganya nantinya akan bergerak menuju  stabil, tapi tidak mahal, itu harapannya.

Informasi dan berita , mulai dari mafia minyak goreng , sampai kenakalan penimbun yang bermain-main dengan harga, cukup meresahkan.

Tapi kebanyakan ibu sudah terlalu lelah, letih, untuk membahas , apa dan bagaimana bisa dengan timbul tenggelamnya minyak goreng di pasaran. Para pemikir, akademisi dan pengamat mulai beropini. Mulai mengeluarkan semua pendapatnya, di semua media . Media mainstream, media sosial,  dan media cetak. Kami hanya mendengar, dan menimpali  dalam obrolan sehari-hari ala ibu-ibu  saat ke warung. 

Ibu-ibu seperti saya dan  beberapa teman,  sangat menaruh harapan pada mereka yang  memiliki kompetensi tentang kondisi ini. Menaruh harapan besar  kepada para ilmuwan, stakeholder, dan semua yang punya hak dan kewenangan. Berharap ketajaman analisa  , tak sebatas identifikasi masalah, berharap kekompakkan mereka, saling mengisi untuk menemukan  solusinya. Semoga.

Untuk ibu rumah tangga, keadaan ini jelas memberatkan. Ini mengingatkan masa-masa tahun 1997 saat krisis moneter dan semua harga melonjak. Bagi para ibu , jika ada barang dengan  harga  murah,  akan selalu dikejar meski harus berada dalam antrian panjang. Apalagi ketika kondisi  memang sedang sulit, beda harga sedikitpun sangatberarti.

Prihatin, jelas ya. Jika urusan pangan, yang sangat mendasar, urusan perut , akan mengganggu stabilitas jutaan rumah tangga di negeri ini. Sebagai masyarakat awam ta serba bingung, HET dicabut  harga mahal, sebaliknya jika  harga murah, malah  minyak gorengnya menghilang. Intinya dicabut atau tidak, yang penting ujung-ujungnya jangan memberatkan.

Sebagai ibu rumah tangga, langkanya  minyak goreng, saya pribadi masih bisa meredam situasi ini. Cukup mengubah menu masakan, dengan mengurangi goreng menggoreng. Malah badan jadi terasa sehat saat menyantap yang serba dikukus, serba pepes, dan rebus. Kalaupun perlu minyak goreng,  untuk menumis saja. Jadi bisa menghemat minyak goreng.

Hanya, sebagai mahluk sosial, rasanya tak mungkin kami tidak berempati  kepada  masyarakat yang  ekonominya tertatih-tatih. Yang kesehariannya saja  sudah berat. Kelangkaan minyak goreng berdampak besarbagi mereka.

Bagaimana dengan masyarakat kecil yang mengandalkan minyak goreng sebagai bahan baku untuk  mencari nafkah? Tukang gorengan, pedagang kedai nasi, buruh pabrik kerupuk, dan masih banyak lagi. Sedih dan prihatin.

Lalu bagaimana dengan dunia usaha  kuliner? Dunia usaha juga mempekerjakan masyarakat kecil. Berpengaruh pastinya kepada income mereka.  

Banyak  postingan WA berseliweran, kiat untuk menghemat minyak goreng. Resep-resep  masakan lezat tanpa goreng. Kebetulan saya pribadi memang sudah sejak lama hemat minyak goreng,  karena  memilih gaya makan yang sehat tanpa gorengan. Kembali memperbanyak menu pepes, rebus dan panggang.

Tempe goreng termasuk yang menyedot minyak goreng, jadi  dibuat bacem saja. Bahan masakan  lain  bisa diolah jadi semur, oblok-oblok , atau pepes  tahu putih dengan irisan serai yang banyak.

Ada saudara yang karena covid, terbatuk-batuk, selama  lebih dari 2 bulan hanya menyantap  masakan serba kukus, pepes, rebus, soto dan sop. Karena  ternyata  nyaman di badan, terus berlanjut. Betul, hasilnya pemeriksaan kesehatan membaik.

Menu  tumisan   paria (pare) pedas  minim minyak goreng, pepes ayam, terong ungu panggangi saus  asam manis, sup labu kuning.  Brongkos daging giling sapi dalam  daun pisang, di kukus, spesial sekali. Yang sakit tenggorokan lumayan ,  jadi berkurang. 

Secara batiniah, bisa-bisa kesehatan merosot gegara melonjaknya harga minyak goreng , dan harga bahan pangan  lainnya. Untuk mengurangi  kegelisahan massal ini  kami jadikan saja momen untuk  menuju lebih sehat. 

Tetap semangat beraktifitas. Menjadi lebih  sehat karena minyak goreng dikurangi dari menu sehari-hari.  

Inginnya minyak goreng normal kembali, sebagai empati  kepada  mereka,  yang ekonominya terguncang karena  mahalnya bahan baku minyak goreng.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun