Maka setelah pandemi ini, saya sangat menghargi seorang dokter muda yang mampir ke rumah. Di meja saya sudah ada air minum kemasan, dokter mudah itu meminumnya sampai habis, lalu membawanya pulang. Ini baru pribadi yang bijak , yang dewasa, penuh empati dan bertanggung jawab.
Gelas plastik bekas air minum kemasan ini bisa dibagikan kepada pemulung.
Atau saya suka gunakan juga untuk memperbanyak bunga krokot favorit saya.
Tentang air minum kemasan, kalau bukan karena tenaga saya yang terbatas di masa menerima tamu lebaran yang banyak, Â jelas saya inginnya memasak saja air PDAM. Atau menyiapkan saja air minum galon. Dan gelas-gelas untuk tamu. Kalau kerabat sendiri, bisa saja minta mereka bawa thumbler.
Air minum kemasan dalam proses produksinya jelas memiliki mata rantai yang kurang ramah lingkungan. Seperti proses pembuatan plastik gelas, dan sampah yang dihasilkannya. Juga proses pendistribusiannya yang menggunakan transportasi ber BBM. Belum lagi sampah gelas plastik  jika tidak dikelola akan jadi masalah lingkungan  dan persampahan.
Dari acara kebersamaan  keluarga besar, ada pelajaran kecil yang bermanfaat besar jika kita menyikapi dengan bijak dan dewasa, serta penuh empati.
- Ringankan tugas penyuci piring, dengan menyantap habis makanan yang sudah ada di piring. Saat piring bersih dari sisa makanan, petugas cuci piring akan lebihringan tugasnya dan cepat selesai.
- Ambil secukupnya makanan, jika kurang nanti tinggal tambah. Sayangi makanan, kalau sudah bekas kita, ujung-ujungnya di tempat sampah /komposter. Ingat, banyak orang tidak mampu membeli mmakanan yang cukup. Daripada makanan terbuang, lebih baik dibagikan.
- Air minum dalam kemasan, prosesnya menyita waktu, tenaga, dan sumber daya alam, bahkan mungkin enghasilkan polusi dalam pendistribusiannya. Hargai semua itu dengan menghabiskan air minum dari  setiap gelas kemasan.
- Habiskan air minum kemasan, agar proses pemilahan sampah gelas plastik lebih mudah.
- Saat ke restoran dan caf, pesan dengan seksama hidangannya. Jika kelebihan bisa dibawa pulang dengan kita membawa  thumbler dan lunch box /tempat bekal dari rumah.
- Tidak ada salahnya kita benahi meja usai makan di resto dengan cara, menumpuk piring kotornya. Contohnya tradisi di banyak  tempat makan Singapura,  setelah  makan kita benahi mejanya .Saya dan keluarga membiasakan seperti itu setiap usai makan di resto atau caf di kota kediaman kami, meski kadang ada pengunjung lain yang terheran-heran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H