Sampailah saya  di tempat cuci piring. Tidak ada keran, kami biasa mengangkut air pakai ember, dan tuangkan dalam baskom. Pakai celemek dulu.  Ternyata adalagi piring kotor berdatangan. Anak saya mengumpulkan dari teras samping rumah dan ruang makan, tapi sampahnya masih teronggok di piring. Saya minta tolong membersihkan dulu piringnya dari sampah sisa makanan. Masukkan di baskom plastik.
Mulai tugas saya menyuci piring. Lumayan , butuh waktu dan enerji khusus. Karena saya bukan type  yang suka berlama-lama di tempat cuci piring. Terbayang para penyuci piring di restoran dan jamuan resepsi pernikahan. Piring bekas saya makantak pernah ada sisa. Semoga saya mendapat ucapan doa dan terimakasih dari para petugas piring kotornya, mempermudah kerja mereka. Triknya, ambil hidangan secukupnya.
Hal yang sama saya terapkan juga saat makan di restoran atau  caf. Saya biasakan anak-anak memesan makanan dengan seksama. Tidak berlebihan. Kalau sudah pesan, ternyata porsinya terlalu besar, sebaiknya bawa thumbler dan tupperware tempat makanan. Makanan dan jus yang bersisa bisa di bawa pulang. Namun setelah pandemi , membeli makanan selalu dibungkus dan makan di rumah.
Nah, di resto dan caf pun ,  saat usai makan , anak saya sudah terbiasa menyantap hingga bersih, lalu membereskan piring piringnya dalam tumpukan rapih. Untuk meringankan petugas resto / caf. Sama seperti alat jamuan makan di resepsi pernikahan, selain piring mangkuknya selalu tanpa sisa makanan, kami selalu mencari petugas  pembawa ember piring  kotor dan menyimpannya di sana.
Kembali  tentang kesibukan cuci piring saya siang itu. Sambil menyuci piring perasaan campur aduk, hati saya berbunga, berterimakasih  kepada mereka yang menyantap hidangan hingga piring bersih. Saat badan terasa makin penat, terbayang tamu kerabat yang membantu meringankan tugas kami dengan menumpuk piring kotor di satu sudut ruangan. Apalagi yang membantu membawakannya ke dapur.
Masa-masa kumpul keluarga saat lebaran begini, yang kebagian  bidang konsumsi seperti saya,  bakalan bisa menghayati beratnya kerja asisten rumah tangga. menghayati juga beratnya  petugas resto dan caf  , juga petugas  piring kotor di catering resepsi nikahan.
 Dengan beramal tenaga, sebagai relawan  dalam  acara makan dan kumpul keluarga begini, hikmahnya, empati saya semakin terasah. Semoga  membuat saya lebih bijak dan dewasa, juga mampu menggiring anak-anak saya untuk lebih bijak.
Keponakan saya yang satu datang membantu. Sebelum membuang sampah makanan , memilah sampah sisa ayam, tulang ayam dan daging yang tersisa. Untuk kucing liar yang sering  mengais tempat sampah. Yang lainnya masuk dalam pot komposter.
Betul, komposter  tidak hanya  terisi kulit kentang, dan sisa potongan sayur. Kalau sudah kepepet, teraksa kami tambahkan sisa makanan matang.
Air Minum Kemasan,  Polusi  dan Pemborosan.