Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menghutankan Rumah Sendiri, Manfaat dan Risiko

9 Agustus 2019   08:34 Diperbarui: 9 Agustus 2019   08:47 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hunian kediaman kami, sengaja kami bangun vertikal. Tujuannya untuk menyisakan lahan resapan dan halaman yang lebih luas. Karena memang lahannya terbatas. Saya biarkan tanaman rambat untuk menutupi dinding, dan membiarkan rimbun depan belakang. Pohon besar depan rumah di sisi jalan tak kami tebangi.

Karena rasa prihatin akan darurat oksigen dan udara bersih.

dokpri
dokpri
Tingkat polusi  udara di kota-kota besar memang kian  memprihatinkan.

Polusi Udara Akibat Kendaraan Bermotor , terlebih Jika Jalan macet, tingkat polusi semakin parah/dokpri
Polusi Udara Akibat Kendaraan Bermotor , terlebih Jika Jalan macet, tingkat polusi semakin parah/dokpri
Sebagai  masyarakat awam, saya hanya bisa melakukan hal-hal yang secara normatif sering dianjurkan oleh para ahli lingkungan. Menerapkan berbagai pola hidup dan kegiatan yang disebut-sebut  mampu mereduksi kerusakan lingkungan.   

Belajar dari kota saya sendiri. Dengan cara pandang saya yang sederhana ala emak-emak.   Kebutuhan oksigen di kota yang semakin padat penduduk , serta semua orang berlomba-lomba untuk menciptakan kesejukan dalam mobil, rumah dan kantor, dengan cara menggunakan listrik.

AC, kipas angin...... semua menggunakan listrik. Tapi residu yang dihasilkannya? Jelas AC penyumbang polusi  yang cukup besar. Nah, belum lagi gas-gas beracun yang dihasilkan dari proses pembakaran sampah, mesin kendaraan , mesin pabrik.... Bayangkan juga enerji yang kita habiskan, proses pembuatannya juga mencemari udara, merusak lingkungan. Pohon besar keberadaanya semakin dibutuhkan, tapi malah semakin banyak yang ditebangi.

contoh pekarangan khas jadul di Bandung, lebih ramah lingkungan/dokpri
contoh pekarangan khas jadul di Bandung, lebih ramah lingkungan/dokpri
Karenanya, sebagai emak-emak sepuh , yang kuatir akan masa depan  generasi anak-anak dan cucu, memulai dari hal kecil. Menghutankan rumah, membiarkan satwa unggas liar berkembang biak dan tinggal di antara kesejukan dedaunan.

Pepohonan yang saya pilih  adalah bambu , yang tidak mudah patah menimpa rumah kalau hujan dan angin badai. Pohon sirih juga menyejukkan, dan saya biarkan merambat di tembok.

Sekecil apapun , sumbangsih oksigen yang  dihasilkan  dari rumah kita, atas inisiatif kita , pasti ada manfaatnya. Jika manfaat kecil itu menjadi habit di semua pelosok, maka akan menjadi manfaat besar.Sekecil apapun, sebuah rumah  layaknya ada resapan air. 

Jika burung-burung leluasa berkembang biak, pasti baik untuk kestabilan ekologi dan rantai makanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun