Musik Favorit Saya?.
Musik apa lagu ya? Kalau musik, sepertinya , berkaitan dengan jenisnya. Yang jelas musik orkestra itu terfavorit, apalagi aa entingan piano , dan lirih dawai biola.
Sepertinya saya lebih ingin bicara tentang lagu. Lagu yang saya suka? Terlalu banyak. Tapi kalau boleh pilih hanya satu, ini dia lagunya. Sesaat. Lagu jadul jaman baheula. Digubah oleh Harry Sabar. Dikawihkan oleh vokalis Benny Soebardja. Dari Lomba Dasa Tembang Tercantik nya Prambors 1978. (Sumber Video YouTube, )
Sesaat
Sesaat menatap engkau merpati
Tatkala matahari, merajut
memerah kembali
Sayapmu mengundang ucap kalbuku
Terbang dibelai angin
berselip lumuran janji abadi
Reff.
Dapatkah bencana kau rubah
kenangan
Jurang kini membentang
Mungkinkah kau daki
Tanpa membentur jurang tak bertebing
Semesta sekilas menangis lagi
Awan turun kembali
Merpati terbang ditelan sunyi
Bagi saya, musik favorit ya lagu favorit, yang entah berapa puluh jumlahnya, semua memiliki karakter khas masing-masing. Jadi , kalau dibilang ini lebih bagus dari yang itu, agak susah ya. Sebab semua memiliki karakter dan alur sendiri.
Musik dan lagu , seperti punya nyawa, mereka memiliki daya hibur sekaligus kekuatan hypnoterapi ajaib . Mempengaruhi mood dan suasana hati . Mendampingi saat mengerjakan sesuatu. Suara-suara , yang berkenan di hati, apapun itu, seperti suara air mengalir, suara gema dan lantunan doa, suara angin, jadi terasa indah. Membangun mood positif.
Selanjutnya, satu lagu saja tak cukup untuk saya. Jadi, banyak lagu yang saya suka. Yang ingin saya ceritakan.
Lagu 80 an ,adalah masa-masa dimana terjadi perubahan warna musik Indonesia. Pop Kreatif istilahnya. Tapi sebetulnya sudah sejak akhir dasa warsa 70 an sudah terjadi. Generasi mudas ekarang condong ke Kpop, kini nada-nada minor Korea dan Jepang semakin banyak fansnya. Tentang lagu di masa silam , saya tuturkan nanti di bawah.
Saya ingin cerita dulu lagu Melati Suci, legendaris sangat, Tika Bisono yang pertama mengumandangkannya dalam sebuah pagelaran. Lagu yang sanggup menggetarkan seisi jiwa , bahkan membuat airmata menitik. Ada kekuatan patritotis di balik kelembutannya, getaran nada dan puitisnya merasuk sampai mendalami kalbu. Lagu ini membuat larut ke masa silam, alur sejarah . Jadi betul-betul berasa kembali ke masa-masa berkenangan itu. Melati Suci , vokal sejuk Tika Bisono, orkestra apik dalam seuah Pagelaran Karya Cipta Guruh Soekarno. Persembahan bagi ibundanya Ibu Fatmawati, bisa didengar di YouTube
Lagu favorit lainnya dari tahun 70an hingga 80 an ,
Untukmu Indonesiaku (Vera Anastasia, cover, dulunya oleh Swara Mahardika), lagu ini agak mirip irama musik Sunda . Atau kadang mengingatkanku, pada Lagu Gending Sriwijaya. Pesonanya, membawa ke perenungan dalam, mengerahkan segenap hati, peduli dan cinta negeri ini. Mencintai sebuah negeri, adalah menyayangi dan mencintai segenap bangsa ini.
Tembang penyemangat kerja , moodbooster lainnya, karya Iwan Abdurachman, Mentari. Jujur, saya merinding dan terkesima , oleh isi syairnya , kaya filsafat , melodi nya hening, membaurkan rasa tenteram dan daya juang menaklukkan kehidupan .
Dulu itu , tahun 80 an , lagu Aji Mumpung (Vina Panduwinata) , Perikemanusiaan (Achmad Albar) , Sumbang (Iwan Fals) , Rayap-rayap (Mogi Darusman) sangat mengena saat berkumandang di radio swasta saat itu. Entah kenapa lagu-lagu tersebut banyak yang suka. Dan saya juga suka lagu-lagu tersebut.
Tapi sekarang ada yang paling amat sangat keren , lagu Aji Mumpung (Vina Panduwinata) dinyanyikan versi baru. (Saya edit tulisan ini tahun 2022) Saya menemukan lagu Aji Mumpung ini, karena vokalisnya pria, tampil lebih lantang dan berjiwa. Lebih berekspresi dan penuh enerji. Saat dilagukan oleh Iwan Fals dan Ubay Nidji .
Aji Mumpung
Guruh Soekarno
Di suatu zaman orang pada gila-gilaan
Saling cari kesempatan dalam kesempitan
Menumpuk kekayaan
Mengejar kedudukan
Berlomba mumpung ada kesempatan
Kesempatan
Mumpung ada kesempatan
Semua orang ingin mendapat kemuliaan
Sayang banyak yang t'lah melupakan kebajikan
Korbankan harga diri menjadi lupa diri
Demi keuntungannya pribadi, pribadi
Tiada tempat bagimu orang jujur
Tempat hanyalah bagimu yang mujur
Tiada tempat bagimu orang jujur
Tempat hanyalah bagimu yang mujur
Di satu zaman orang pada lupa daratan
Sejarah dan kenyataan diputar balikkan
Suramlah kebenaran
Suramlah keadilan
Yang tinggal hanyalah kemunafikan
Kemunafikan
Tiada tempat bagimu orang jujur
Tempat hanyalah bagimu yang mujur
Tiada tempat bagimu orang jujur
Tempat hanyalah bagimu yang mujur
Abaikan kejujuran
'Tuk mencapai tujuan
Mumpung ada kesempatan terbentang
Terbentang
Tiada tempat bagimu orang jujur
Tempat hanyalah bagimu yang mujur
Tiada tempat bagimu orang jujur
Tempat hanyalah bagimu yang mujur
Tiada tempat bagimu orang jujur
Tempat hanyalah bagimu yang mujur
Tiada tempat bagimu orang jujur
Tempat hanyalah bagimu yang mujur
(sumber Sonora.id)
Mentari. Lagu lawas yang menyentuh.
MENTARI
Iwan Abdurachman
Mentari menyala di sini
Di sini di dalam hatiku
Gemuruh apinya di sini
Di sini di urat darahku
Meskipun tembok yang tinggi mengurungku
Berlapis pagar duri sekitarku
Tak satu pun yang sanggup menghalangiku
Bernyala di dalam hatiku
Hari ini hari milikku
Juga esok masih terbentang
Dan mentari kan tetap menyala
Di sini di urat darahku
1960an. Yesterday, Wanita, Cinta Pertama, Chandra Buana
Kalau lagu jadul saya suka Yesterday, The Beatles. Tahun 1960an, radio tua dengan suara mono yang sember itu terasa merdu. Adik ibu saya juga menyalakan plat piringan hitam dengan lagu-lagu Tom Jones, Andy Williams, Beatles. Yesterday,..... alunan lagu itu seperti mengembara ke seluruh sudut ruang kediaman nenek saya. Jadilah musik favorit di masa kecil, meski lagunya adalah orang dewasa punya.
Di pavilyun mungil yang dikontrak ayah ibu saya di jalan Dago Bandung, saya mendengar Patty Bersaudara mengulang-ulang lagu Cinta Pertama. Saat itu juga saya jadi hafal,”Bulan indah berkilauan. Namun lebih indah wajahmu. Dikaulah kasih pujaan. Cintaku yang pertama,”. Ini juga lagu dewasa yang jadi favorit di masa kecil.
Puitis, itulah karakter khas kawih jaman baheula , lagu-lagu terkesan lugu, jujur, tanpa basa-basi.... untuk saya pribadi, liriknya penuh pekerti dan santun. Bukan berarti tidak kreatif. Lagu-lagu masa silam nyatanya lebih bernyawa, menjiwa, terasa kekal abadi.
Tembang kenangan lain yang kini diangkat sebagai musik latar film Soekarno besutan Hanung Bramantyo, adalah lagu karya Ismail Marzuki. Judulnya “Wanita”. Lagu ini terakhir dinyanyi ulang oleh vokalis Afgan. Namun sebelumnya Johan Untung yang pernah saya dengar. Penyanyi aslinya , saya kurang tahu. Tapi lagu Wanita ini kalau tengah mendayu lewat vokal lembutnya Afgan , rasanya seperti disanjung ke langit ....
Lagu anak-anak 1960 -1970an
Namun pada masa itu , di sekolah TK Prof Drg Moestopo , sekolah pertama saya, musik adalah lagu-lagu yang guru ajarkan, dan kami nyanyikan di sela-sela bermain. Seperti judul lagu Naik-naik ke Puncak Gunung, Balonku , Bintang Kecil, Pelangi, Aku Seorang Kapiten, Kupandang langit, Kapal Api, Tik tik Suara Hujan, Mata Air .......
Lagu anak-anak ini berlanjut hingga ke era tahun 1970an. Di mana AT Mahmud atau Ibu Sud setiap pekan memberikan lagunya bagi anak-anak lewat TVRI. Yang mengajarkan lagunya, Ibu Fat. Ibu Fat yang ramah, berkacamata dengan baju kebaya.
Jangan bayangkan siaran televisi seperti sekarang ini , berjalan 24 jam dengan puluhan saluran alias channel TV. Saat itu satu-satunya saluran televisi hanya TVRI. Baru mulai tayangnya pun jam 18.00. Tengah malam siaran televisipun tuntas. Namun setiap lagu anak yang diperkenalkan menjadi keseharian anak-anak di SD saat itu. Lagu dengan kalimat sederhana penuh santun.
“Terimakasihku , ku ucapkan, pada guruku yang tulus. Ilmu yang berguna selalu dilimpahkan. Untuk bekalku nanti. Setiap hariku dibimbingnya, agar tumbuhlah bakatku. Kan ku igat selalu nasihat guruku. Terimakasihku bu guru”
Yang pernah duduk di SD tahun 1970an pasti kenal betul lagu lembut ini. Hampir semua lagu anak jadi favorit.
“Gembira menyanyi di puncak bambu. Suara murai merdu di pagi hari. Gembira hatiku setiap pagi. Murai di atas bambu kumendengar suaramu. Trilili lili lili tiap pagi. Trilili lili lili tak berhenti. “
Kalau ditanya, hampir semua lagu anak-anak adalah favorit.
Waktu berjalan menuju 1970an.
Untuk tahun 1970an saya lebih suka lagu-lagu pop Indonesia. Lagu ala Tetty Kadi , Broery Pesolima, Bob Tutupoli , yang merupakan kelanjutan artis vokalis sejak tahun 1960an. Saya suka dengan lagu-lagu Koes Ploes, Bimbo, Panbers, The Rollies.... Sepertinya semua nyaris jadi favorit .
Gebrakan musik favorit terjadi ketika hadirnya Chrisye dengan kejutan warna musik dan suara. Juga Vina Panduwinata. Lalu Dian Pramana Putra. Utha Likumahua.
Ada lagu-lagu Dasa Tembang Tercantik Prambors, atau lagu-lagu PKCGSP nya pagelaran Swara Mahardika, semua lagu dalam album Badai pasti Berlalu (Chrisye , Berlian Hutauruk)
Tampaknya deretan pencipta lagu favorit saya panjang sekali, mulai dari Ismail Marzuki, Dodo Zakaria, Eros Jarot, Yockie Suryoprayogo, Guruh Soekarno, Iwan Fals, Harry Sabar , dan banyak lagi.
Hampir semua lagu-lagu yang mereka nyanyikan jadi favorit. Apalagi lagu-lagu dalam film Gita Cinta dari SMA sampai film Puspa Indah Taman Hati, semua lagunya terlalu berkesan untuk dilewatkan.
Pasalnya paling nyaman mengerjakan sesuatu ditemani lagu-lagu favorit. Bikin fokus, bikin semangat, mereduksi lelah dan bosan.......
Tahun 1980an.
Semua lagu-lagu cinta dari belahan barat, All I Am ( Heatwave), One Day in Your Live (Michael Jackson) , Cherries (Cool and The Gang) , Still Loving You (Scorpions) , lagu-lagu Air Supply , dan banyaaak lagi. Saat itu lagu-lagu pop manis nan romantis, menjadi teman terbaik menemani saat belajar, kala bekerja, dan jelang tidur.
Tentang lagu-lagu Indonesia.
Tahun 1980 dari sudut pandang pribadi saya, adalah puncak lagu-lagu bersejarah dan terfavorit . Kreatifitas musik di Indonesiapun saat itu merebak luar biasa fantastik, dengan tunas-tunas segarnya. Sering disebut musik pop kreatif, yang menjadi akulturasi permainan nada minor dan mayor, khas Indonesia jadul dibaurkan dengan warna khas musik barat.
Saking banyaknya , kalau ditulis di sini halamannya tidak bakalan cukup. Mungkin karena di dasa warsa tahun inilah saya sempat memandu acara tembang populer Indonesia , lagu barat , dan The Beatles di radio swasta . Selama 10 tahun melakoni pekerjaan ini musik, jadi begitu lekat mengental dan menorehkan warna kuat dalam membangun semangat kerja dan kreatifitas.
Musik mampu menghadirkan imajinasi dan inspirasi serta menjadi doping lahirnya berbagai ide dan gagasan yang bermanfaat bagi orang terdekat, lingkungan, atau lingkup yang lebih luas.
Musik bisa mendatangkan kesegaran dan enerji baru, memulihkan letih, meluruhkan sedih, menggantikannya dengan ketegaran, serta menggali potensi yang melempem di alam pikiran.
Itu untuk saya lho. Entah untuk anda.
Lagu Kau Seputih Melati (Dian Pramana Putra), Semua Tumbuh Jadi Satu (Malida, Dian PP, Deddy Dhukun) ,Melati Suci (Tika Bisono), Nuansa Kasih (Sandro Tobing), Nuansa Bening (Keenan Nasution)
Tahun 1990an. Tahun 2000an.
Lagu-lagu Kahitna waktu itu menemani waktu tidur nya putra saya yang masih balita. Saya jadi suka. Waktu terus berjalan, saya agak ketinggalan dan keteteran soal mengenal lagu . Terkalahkan untuk urusan rumah mungkin ya, dan lainnya.
Akhirnya musik yang saya suka adalah yang disuka anak-anak saya yang kini sudah dewasa dan jelang dewasa . Vidi Aldiano, Afgan , Raisya....
Lagu terfavorit saya yang juga favorit putri saya, ditembangkan oleh Raisa, Firasat. Lagu yang digubah oleh Dewi Dee Lestari ini diputar berulang kali oleh putri bungsu saya. Saya jadi sangat suka.
Hari ini, terfavorit di antara puluhan yang paling favorit.
Kembali ke topik lagu terfavorit di antara puluhan yang sangat favorit .
- AJI MUMPUNG (IWAN FALS).
- MELATI SUCI (TIKA BISONO)
- MENTARI (IWAN ABDURACHMAN)
- UNTUKMU INDONESIAKU (VERA ANASTASIA FEAT ROBERTO)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI