Ya , dulu itu yang tulisannya bagus dan catatannya sistematis jadi bahan rebutan. Sebagai contoh  buku catatan milik  Siswi  Pintar seperti antara lain Sally, Anastasia  Carolina  , Inna Angka dan banyak lagi. Juga catatan dengan tulisan kerennya Irma ikut diburu orang.  Mereka yang pintar dan bertulisan keren ini sering kebagian tugas menulis di papan tulis. Murid lainnya menyalin di buku.
Kalau masa kini, anak-anak kami semua serba buku cetak, sampai  PR pun dicetak dalam LKS. Pdahal saat mencatat sebenarnya pelajaran lebih melekat erat di otak dan ingatan. Dulu mengitung asli pakai tangan dan otak,  kalkulator  semi dilarang. Paling pakai daftar logaritma kalau mau menghitung yang njelimet.
Kalau kerumunan siswi SMP dan SD Santa Angela sudah  ada di jam pulang sekolah,  banyak siswa SMPN 5 dan SMPN 2 yang kalau lewat matanya suka menatap tanpa kedip. Ya tentu saja, karena memang sekolah kami  perempuan semua. Jadi ya cantik semua, masak ganteng sih?
Gita Cinta dari SMA dan Budaya Pop
Bicara soal budaya pop, saat itu lagi trendnya main soft ball di luar jam sekolah. Ada  kelompok Rusa Hitam dan Cardinal. Pernah juga trend nya kelompok skate  board dan sepatu roda. Di luar jam sekolah. Ada lomba kereta peti sabun, Christine termasuk  yang pernah jadi pemenang. Kelak selepas SMP baik Christine, Fifi Sunaryo, Anne Hernilidya menjadi finalis hingga pemenang dalam lomba model seperti Gadis Logo. Karena mereka asli cantik-cantik bingit. Bahkan sampai sekarang sekalipun, di usia Lolita.
Penyanyi favorit kami saat itu adalah Chrisye. Pendatang baru  dengan kejutan warna dan gaya  beda. Yang beranjak pesat kariernya , buah bibir siswi-siswi saat itu, karena suara khasnya dan lagu-lagunya berkelas. Lilin-lilin kecil  (James F Sundah) dan lagu-lagu sondtrack film Badai pasti Berlalu yang diangkat  dari Novel karya Marga T.
Film Gita Cinta dari SMA, Puspa Indah Taman Hati, ikut mewarnai benak kami yang tengah ranum dan beranjak mengenal makna cinta dan asmara. Majalah Gadis menjadi favorit kami. Di Bandung pernah ada sebuah majalan mode bernama majalah Q yang  sempat menjadi buah bibir. Pasalnya sosialita remaja Bandung terpilih menjadi model. Sebut saja Lila , Dewi dan Ucil.
Dulu ada istilah JJS LD , alias jalan-jalan sore lintas Dago. Seingatku  banyak teman yang suka abring-abringan naik motor di senja kala. Waktu itu Bandung belum se panas terik sekarang. Masih teduh dan adem. Jalannya juga  lengang dan tidak krouditseperti sekarang. Tempat nangkring sangat langka, paling hanya yoghurt Cisangkuy saja.
Tidak ada yang namanya cafe-cafe seperti sekarang.  Kalau mau belanja juga hanya ke Alun-alun. Karena  jalan Dago dan Cihampelas  atau jalan Riau , Progo dan kawasan ‘Kota Tua’ Bandung murni asli masih perumahan. Tidak ada outlet apapun. Supermarketpun  baru  satu satunya , dan pertama  di Bandung, tahun 1977, yakni Gelael Supermarket jalan Merdeka Bandung.
Waktu itu juga mode busananya, celana jeans Rock’n Roll, dan t shirt. Model rambutnya,  yang poni nya dibikin seperti talang. Saat wisata ke Jakarta, Pulau Bidadari, Ancol, Planetarium, Museum, kami menginap di Jakarta. Waktu itu ada yang bikin rencana  main dulu ke diskotik. Sesuai lagunya Guruh Soekarno, Keranjingan Disko. Memang saat itu sedang jadi trend. Bahkan kalau ada pesta ulang tahun, rumahpun menjadi disko dengan kerlip lampu warna  kedap kedip, terang gelap.