Ibu Sri guru bahasa Indonesia yang kalau mengajar sangat disiplin, angka ulangan sangat ketat, tapi kalau sudah ketemu diluar pelajaran sangat bersahabat. Ibu Rini, guru termuda yang smart dan cantik. Ibu Agnes guru Biologi favoritku.
Khusus tentang Ibu Rini, kami berhasil 'menculik'nya dari tempat beliau mengajar bimbel setelah pensiun. Ya ampuuuun, usianya sudah 64 tapiseperti seumuran dengan kami, awet muda dan masih cantik. Rasanya tidak lengkap reuni sekolah tanpa guru yang menjadi bagian masa perjuangan kami dulu.
Lorong senyap ini juga mengingatkan kami pada Pak Toyo. Yang kalau mengajar agak kurang jelas. Beliau guru biologi yang kalau praktikum tempatnya di lab bekas SKKP , pakai mikroskop dan bedah katak dan lainnya. Rasanya ribet sekali harus menggambar laporan pandangan mata dari mikroskop itu. Ternyata laboratoriumnya masih ada, malah jauh lebih canggih dan keren sekarang ini.
Adalagi guru yang suka menghukum kalau kami gagal menjawab Fisika dengan benar, Pak Argon. Namun intinya setiap guru menginginkan siswinya jadi lebih baik. Lalu Pak Isnendro, guru kesenian yang satu ini familiar juga. Hanya aku suka bingung dengan pelajaran musiknya.
Guru bahasa Inggris kami ibu Daim saat kelas 1 (sekarang kelas 7) dengan ciri khas gelungnya. Namun guru Bahasa Inggris yang mengajarnya sangat sistematis dan bikin paham seluruh tenses adalah Ibu Evi. Beliau rumahnya dekat rumah Inge Wibisono, di jalan Brantas Bandung.
Kalau Ibu Evi mengajar sambil bawa kaset lagu Inggris, duduk di bawah pohon Kiara Payung depan Rumah Supir dn sebelahan Rumah Hitam, lokasinya di lapangan olahraga . Lagu yang diputarkan dari ABBA. Hasta Manana. “Where is the spring and the summer......,” Aduh semakin kangen sekali suasana masa silam. Ibu Evi yang baik hati selalu menyediakan waktu di rumahnya buat kami belajar tambahan, asli gratis tis tis, tanpa imbalan apapun. Duuuuh, masih ada tidak ya guru yang begitu sekarang ini?
Lapangan Olahraga , Bangsal dan Rumah Hitam
Rumah Hitam? Betul di lapangan dulu ada bangunan berjajar. Rumah supir. Rumah Hitam yang biasa digunakan untuk kegiatan pramuka. Dulu kalau pramuka saat SD suka menginap dan bikin api unggun. Walau seram tapi hebat mereka berani ya. Dindingnya dari papan-papan bercat hitam, seperti rumah-rumah mandor Belanda di perkebunan teh atau rumah jadul Belanda yang mirip di Jalan Kiputih Ciumbuleuit. Dan dulu pernah ada ada di tikungan Jln Diponegoro – Jalan Dago/Ir H Juanda Kota Bandung. Yang sekarang jadi Ducomcell. Dulu bangunan rumah tinggal arsitektur heritage yang pernah digunakan untuk Butik Saphira dan Radio Lintas FM, lalu berubah menjadi factory outlet dan akhirnya Ducomcell.
Kalau menyaksikan hamparan lapangan ini, jadi ingat waktu SD kelas 2, pernah ada pesta kebun. Lapangannya dihias pakai tutup bekas kemasan susu dan kulit permen yang diikatkan di benang-benang kasur terbentang melintasi lapangan , diikatkan ke tiang-tiang . aduhai cemerlang dan indahnya. Aku ikut tampil dalam Pencak Silat yang dibina oleh Pak Endi. Lalu secara massal dengan teman sekelas tampil menyanyi sambil berbaris. Lagunya ,”Ngabaris beres niron tentara terus maju jalan tu dua tu dua. Ngelap-ngelap sang dwi warna,.....”