Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mudik Lebaran dan Bertamu, termasuk Tamu Yang ‘Bagaimanakah’ Anda?

13 Juli 2015   08:48 Diperbarui: 13 Juli 2015   08:48 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Esok-esok setelah lebaran. Mengimbangi ‘pemborosan’ saat menjamu tamu, dengan mengencangkan ikat pinggang dengan cara makan apa adanya. Tak lagi dipikirkan asupan gizinya.

Untuk berbelanja biasanya naik angkot, kini dengan tubuh renta mereka tertatih-tattih berjalan kaki. Demi menghemat seribu dua ribu rupiah.

Belum lagi rekening listrik dan ledeng yang melambung karena dipakai para tamu. Dengan senang hati sepuh-sepuh ini membayar tagihannya. Lalu  setiap malam rela hanya 1 lampu yang menyala, dengan watt kecil, gelap meremang. Televisi radio dimataikan. Tak jarang  mereka terjatuh saking kurangnya cahaya saat berjalan dalam rumah. Tujuannya, supaya tagihan bulan depan dapat ditekan.

Para tamu pulang,  tabunganpun ludes. Padahal mungkin asset atau tabungan itu merupakan cadangan  jaga-jaga jika mereka sakit. Maklum, seorang yang sudah tua sangat rentan penyakit, tapi sudah tidak bertenaga lagi untuk mencari nafkah/uang.

Tamu Jenis Apakah Kita?  

Demi orang yang kita sayangi itu, pernahkan kita berempati saat mengunjungi mereka ? Termasuk kelompok tamu yang memberatkan tuan rumah, atau yang justru meringankan dan membahagiakan?

Apalagi jika tuan rumah itu tak lagi bertenaga dimakan usia. Tak memiliki asisten rumah tangga, karena lebaran  pembantu  kebanyakan mudik. Atau karena memang kesehariannya tak mampu menggaji asisten rumah tangga.

Menurut versi Sunnah Rasululullah Muhammad SAW. Menjamu tamu itu wajibnya hanya 3 hari saja.  Mengistimewakan tamu, juga 3 hari saja.  Selebihnya,  tuan rumah berhak menjamu ala kadarnya. Karena tuan rumah harus mengeluarkan  dana khusus bagi para tamu.  Juga mengorbankan waktu, dan tenaga untuk melayani mereka. 

Lalu...., termasuk jenis tamu yang manakah kita?

  1. Tamu  Berempati Rendah

Bertamu dengan niat memang ingin bersenang-senang. Banyak di antara anak mantu  yang berkunjung dan menginap ke rumah orang tua dengan motif ingin disuguhi makan pagi siang dan malam oleh ibu ayahnya yang sudah pensiun dan menua.  Datang membawa anak-anaknya dengan perut kosong. Judulnya, menumpang isi perut tanpa harus repot belanja dan masak.

Tak sedikit datang ingin  berisirahat. Karena di rumah  orang tuanya, mereka bisa istirahat, tidur-tiduran sepanjang hari, bercanda mengobrol seharian. Sebab anak bayi dan balita mereka dijaga dan diasuh oleh nenek kakeknya.

Ada para tamu yang  niat silaturahminya   bukan yang utama, tujuannya lebih ingin menumpang makan, menumpang mandi, menumpang leyeh-leyeh sambil berkumpul dengan tamu lain. Jika tuan rumahnya  berkantong tebal masih mending. Jika tuan rumah memiliki  pembantu atau asisten rumah tangga masih  lumayan.  Tapi kebangetan  kalau tuan rumahnya sudahlah tak punya pembantu, keuangan pas-pasan dan sudah pensiun, …… 

Tujuan lebaran kan  menjalin kekeluargaan. Saling melengkapi dan membahagiakan. Bukan saling menyusahkan . Jangan sampai usai lebaran  ada pihak yang disusahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun