Esok-esok setelah lebaran. Mengimbangi ‘pemborosan’ saat menjamu tamu, dengan mengencangkan ikat pinggang dengan cara makan apa adanya. Tak lagi dipikirkan asupan gizinya.
Untuk berbelanja biasanya naik angkot, kini dengan tubuh renta mereka tertatih-tattih berjalan kaki. Demi menghemat seribu dua ribu rupiah.
Belum lagi rekening listrik dan ledeng yang melambung karena dipakai para tamu. Dengan senang hati sepuh-sepuh ini membayar tagihannya. Lalu setiap malam rela hanya 1 lampu yang menyala, dengan watt kecil, gelap meremang. Televisi radio dimataikan. Tak jarang mereka terjatuh saking kurangnya cahaya saat berjalan dalam rumah. Tujuannya, supaya tagihan bulan depan dapat ditekan.
Para tamu pulang, tabunganpun ludes. Padahal mungkin asset atau tabungan itu merupakan cadangan jaga-jaga jika mereka sakit. Maklum, seorang yang sudah tua sangat rentan penyakit, tapi sudah tidak bertenaga lagi untuk mencari nafkah/uang.
Tamu Jenis Apakah Kita? Â
Demi orang yang kita sayangi itu, pernahkan kita berempati saat mengunjungi mereka ? Termasuk kelompok tamu yang memberatkan tuan rumah, atau yang justru meringankan dan membahagiakan?
Apalagi jika tuan rumah itu tak lagi bertenaga dimakan usia. Tak memiliki asisten rumah tangga, karena lebaran pembantu kebanyakan mudik. Atau karena memang kesehariannya tak mampu menggaji asisten rumah tangga.
Menurut versi Sunnah Rasululullah Muhammad SAW. Menjamu tamu itu wajibnya hanya 3 hari saja. Mengistimewakan tamu, juga 3 hari saja. Selebihnya, tuan rumah berhak menjamu ala kadarnya. Karena tuan rumah harus mengeluarkan dana khusus bagi para tamu. Juga mengorbankan waktu, dan tenaga untuk melayani mereka.Â
Lalu...., termasuk jenis tamu yang manakah kita?
- Tamu Berempati Rendah
Bertamu dengan niat memang ingin bersenang-senang. Banyak di antara anak mantu yang berkunjung dan menginap ke rumah orang tua dengan motif ingin disuguhi makan pagi siang dan malam oleh ibu ayahnya yang sudah pensiun dan menua. Datang membawa anak-anaknya dengan perut kosong. Judulnya, menumpang isi perut tanpa harus repot belanja dan masak.
Tak sedikit datang ingin berisirahat. Karena di rumah orang tuanya, mereka bisa istirahat, tidur-tiduran sepanjang hari, bercanda mengobrol seharian. Sebab anak bayi dan balita mereka dijaga dan diasuh oleh nenek kakeknya.
Ada para tamu yang niat silaturahminya   bukan yang utama, tujuannya lebih ingin menumpang makan, menumpang mandi, menumpang leyeh-leyeh sambil berkumpul dengan tamu lain. Jika tuan rumahnya  berkantong tebal masih mending. Jika tuan rumah memiliki pembantu atau asisten rumah tangga masih lumayan. Tapi kebangetan kalau tuan rumahnya sudahlah tak punya pembantu, keuangan pas-pasan dan sudah pensiun, ……Â
Tujuan lebaran kan menjalin kekeluargaan. Saling melengkapi dan membahagiakan. Bukan saling menyusahkan . Jangan sampai usai lebaran ada pihak yang disusahkan.