Kini setelah puluhan tahun berlalu, saat kembali menyusuri jalan tersebut, kata orang Sunda meni wa'as. Tempat sarat kenangan. Tidak ada lagi keramaian dan gelak tawa ceria seperti dulu. Mungkin saya lewat bukan tepat jam pulang sekolah. Pemandangannya sudah berubah. Kadang rindu, kadang nelangsa , masa lalu yang indah di Bandung seperti kandas dilahap waktu, kebisingan dan kepadatan kota.
Saya melangkah menyusuri jalan Sumatra hari ini , menatap sebuah pelang dengan simbol hijau bergambar 7 bintang, yang maknanya “Saya Mengabdi”. Ini bagian lorong belakang kompleks almamater SD dan SMP saya, bangunan bersejarah yang tak lekang oleh masa. Pohon flamboyan besar di depan kantor militer tempat dulu saya suka menunggu jemputan masih kekar menjulang. Hanya sekarang sudah dipagar.
Dulu di dalam kompleks sekolah ini, kenangan manis terukir indah. Saya ingat sebuah aula yang multi guna. Setiap tahun sekali selalu ada acara Malam Gembira dimana siswi mementaskan kesenian. Tahun 1974 dan 1975 saya pernah main degung bersama teman-teman yang semuanya masih duduk di kelas 4 dan 5 SD. Kami main degung mengiringi tarian ketuk tilu kakak kelas.
Jalan teduh , lengang dan sejuk, dari jalan Banda bagian utara jalan Riau/RE Martadinata, jalan Belitung, jalan Halmahera, jalan Seram, Taman Maluku, jalan Aceh, jalan Sumatra bagian tengah , senantiasa hidup dalam kenangan.
BACA JUGA TULISAN NOSTALGIA TEMPO DULU LAINNYA :
JALAN CIUMBULEUIT BANDUNG tempo dulu baca DI SINI
BABAKAN SILIWANGI DGN GANDOK tempo dulu DI SINI
JALAN DAGO BAHEULA baca di DI SINI
KISAH ANAK ASRAMA PUTRI ITB GELAPNYAWANG JADUL , baca yuk DI SINI
ARTIS JADUL baca DI SINI