Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Tempo Dulu di Bandung (1) Dari Kawasan Sekitar Gedung Sate ke Jalan Sumatra

19 Agustus 2013   20:50 Diperbarui: 14 Mei 2019   12:56 2893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana jalan lengang di Bandung Tempo Dulu tahun 1975

Di ujung lorong itu pula penulis dan teman suka menunggu ibu guru datang. Kami berebut membawakan tas ibu guru setelah menyalaminya. Biasanya ibu guru membawa tas besar berisi alat peraga pelajaran dan buku-buku ulanganatau buku PR yang habis diperiksa. Jadi lumayan berat. Senang sekali rasanya kalau bisa menolong ibu guru.

Terbayang pula lorong yang biasa penulis lewati setiap pagi dan pulang sekolah, yang gerbangnya bakal tertutup rapat saat lonceng berbunyi. Terbayang pula jam-jam sibuk saat pulang sekolah . Jalan ramai yang dipenuhi oleh siswi (sekolah kami perempuan semua) yang menunggu jemputan mobil atau naik becak langganan. Atau yang berjalan kaki dan naik Honda (sebutan untuk angkot saat itu).

Terkenang pula di atas selokan seberang lorong sekolah (di luar pagar taman Lalu Lintas bagian Barat Daya) ada pedagang kaki lima berjualan bakso dan es sekoteng yang laris manis. Banyak siswa SMA dan SMP berseragam putih, rompi kuning dan merah, rok coklat makan di sana.

 

Vokal Grup tahun 1970an, SMP Santa Angela Bandung, berlokasi di Jalan Merdeka, tembus sampai ke jalan Sumatra Bandung.Foto Jadul , Bandung Tempo Dulu
Vokal Grup tahun 1970an, SMP Santa Angela Bandung, berlokasi di Jalan Merdeka, tembus sampai ke jalan Sumatra Bandung.Foto Jadul , Bandung Tempo Dulu
Sungguh indah mengenang masa silam. Di jalan ini juga dulu barisan gerak jalan rutin setahun sekali, baris berbaris rapi menyusuri jalan Sumatera, dan jalan lainnya sekitar Gedung Sate, jalan Riau, jalan Aceh, jalan Belitung.

Barisan siswi-siswi bertopi baret, dengan rok coklat , kemeja putih, dan rompinya itu yang aduhai. Ada yang pakai rompi hijau, rompi merah tua, rompi rompi oranye, rompi kuning. Kaos kaki putih panjang , dengan sepatu hitam.

Dulu ketika penulis duduk di SD, teman-teman penulis sering ramai membicarakan sebuah stasiun Radio di jalan Sumatra (sekaranng bangunan milik Unpas). Ada stasiun Radio yang menyiarkan siaran anak-anak, tersohor dengan sebutan Bang Bulu. Teman penulis ada yang suka berkunjung ke stasiun radio tersebut.

Jalan Kaki Lintas Gelora Saparua dan Taman Maluku

Namun ada masa-masa dimana perjalanan ke sekolah tidak naik becak, setelah saya duduk di kelas 5 SD dan selanjutnya. Sekolah biasanya berjalan kaki, justru melewati rute berbeda dengan naik becak. Yakni menyusuri kawasan sekitar Gelora Saparua.

Untuk menyingkat jalan , saya memilih menembus Taman Maluku. Kolam yang ada di sana sama sekali tidak seindah foto-foto saat taman berdiri di masa kolonial Belanda dulu. Berbeda dengan foto keluaran Tropen Mmuseum, taman itu tidak memiliki teratai yang merekah merah jambu. Tak ada kolam jernih dengan gemericik air mancur. Tidak juga ada kursi taman yang indah.

Yang ada di taman itu hanyalah kolam dengan air comberan pekat kotor berbau kurang sedap. Lalu gelandangan yang tinggal di sana menjemur baju-baju cuciannya di atas tanaman bunga kacapiring dan di rerumputan yang tak terurus.

Namun yang membuat saya betah melewatinya, adalah rindang pohon dengan kupu-kupu yang berwarna cerah. Lantas pesona lain adalah rumpun bunga kacapiring yang wangi . Lalu juga banyaknya burung parkit warna warni bersarang di sana. Betapapun ada satu dua manusia yang datang ke sana membawa senapan angin menembaki burung. Namun jumlah burung bagus di alam lepas saat itu sangatlah banyak. Jauh berbeda dengan sekarang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun