Mohon tunggu...
Muhammad Eko Purwanto
Muhammad Eko Purwanto Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswa Program S3 Ilmu Hukum

Yang kusadari selama ini, bahwa menjadi seorang ilmuan adalah manusia yang mau dan mampu menenggelamkan diri pada apa yang diyakininya sebagai sebuah kebenaran. Dan, menjadi ilmuan harus siap hidup dalam kesunyian kepentingan, kesunyian dalam hasrat-hasrat politik dan ekonomi, maupun kesunyian dalam berbagai ambisi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengubah Pandangan Negatif tentang "Ego"!?

1 Juli 2023   00:02 Diperbarui: 1 Juli 2023   00:10 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Oleh. Purwalodra

Berawal dari tulisan saya sebelumnya, dan dari referensi-referensi sebelumnya, yang membahas tentang ego yang sehat maupun arogansi sebagai ego yang tidak sehat, dapatlah disimpulkan bahwa memiliki ego yang sehat adalah penting dalam bisnis, karena dapat meningkatkan kinerja, mengambil risiko yang tepat, membangun tim yang kuat, dan menciptakan lingkungan kerja yang positif. Namun, sekali lagi perlu diingat bahwa ego yang sehat bukan berarti menjadi arogan atau sombong. Sebaliknya, ego yang sehat, akan meningkatkan keyakinan pada kemampuan diri sendiri, tetapi juga mampu menghargai dan mengakui kelebihan dan kekurangan orang lain.

Mengubah pandangan negatif tentang ego ini, tentu tidak mudah. Karena kata 'ego,' lebih dekat dengan kata 'egois' yang berkonotasi negatif. Hakekat 'egois' adalah suatu sikap atau perilaku di mana individu lebih memprioritaskan dan memperhatikan kepentingan pribadi daripada kepentingan orang lain. 'Egois' berasal dari kata 'ego' yang berarti  'aku' dalam bahasa Latin. Secara umum, 'egois' menggambarkan orang yang hanya peduli dengan dirinya sendiri dan tidak memperhatikan kebutuhan atau kepentingan orang lain.

Makna dari sikap 'egois' dapat berbeda-beda tergantung pada konteksnya. Secara negatif, 'egois' merujuk pada perilaku yang tidak memperhatikan orang lain, bahkan cenderung merugikan orang lain demi kepentingan pribadi. Makna ini sering kali melibatkan tindakan atau sikap yang tidak adil, seperti: menipu, memanipulasi, atau mengabaikan kebutuhan orang lain demi menguntungkan diri sendiri. Namun, terdapat pula pandangan yang menganggap, bahwa sedikit keegoisan adalah wajar dan diperlukan untuk menjaga keberlangsungan hidup individu. Dalam pandangan ini, keegoisan dianggap sebagai upaya melestarikan diri sendiri, meraih tujuan pribadi, atau menjaga kesejahteraan fisik dan mental. Akan tetapi, sikap 'egois' yang berlebihan dan tidak memperhitungkan orang lain, masih dianggap sebagai tindakan negatif dalam kehidupan sosial.

Dalam hubungan antarpribadi, sikap 'egois' seringkali mempengaruhi hubungan tersebut dengan menciptakan ketidakseimbangan, konflik, atau ketidakadilan. Orang-orang 'egois' cenderung kurang empati, sulit dalam bekerja sama dan berbagi, serta kurang memperhitungkan perasaan atau kebutuhan orang lain. Hal ini dapat menghalangi pembentukan ikatan sosial yang kuat dan saling membantu dalam komunitas atau kelompok.

Secara keseluruhan, keegoisan memiliki konsekuensi negatif bagi individu maupun masyarakat, seperti kerusakan hubungan, ketidakharmonisan, atau ketimpangan sosial. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk menjaga kepentingan pribadi, tanpa mengabaikan kebutuhan dan kepentingan orang lain, serta berempati terhadap orang lain, agar dapat menciptakan hubungan yang lebih seimbang dan harmonis dalam masyarakat.

Ego dalam arti 'egois' dalam bisnis sering dianggap negatif, karena sering dikaitkan dengan perilaku yang arogan dan berlebihan. Namun, memiliki ego yang sehat sangat penting dalam bisnis, karena dapat memberikan kepercayaan diri dan motivasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Bagaimana cara mengubah pandangan negatif tentang ego dalam bisnis ?

Pertama, pahami perbedaan antara ego yang sehat dan ego yang berlebihan (egois). Ego yang sehat adalah keyakinan pada kemampuan diri sendiri tanpa meremehkan orang lain. Sedangkan, ego yang berlebihan (egois) adalah keyakinan bahwa diri sendiri lebih superior daripada orang lain.

Kedua, fokus pada pencapaian tujuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapainya. Alih-alih memikirkan diri sendiri dan meremehkan orang lain, fokuslah pada cara membangun keterampilan dan kemampuan untuk mencapai tujuan.

Ketiga, jangan takut untuk meminta bantuan dan masukan dari orang lain. Ego yang sehat akan menerima saran dan kritik untuk membantu meningkatkan keterampilan dan mencapai tujuan.

Terakhir, jaga etika kerja yang baik dan jangan mengejar kesuksesan dengan cara-cara yang tidak etis. Ego yang sehat akan memperhatikan nilai-nilai moral yang penting dalam bisnis dan tidak akan melakukan tindakan yang merugikan orang lain.

Melalui pemahaman tentang perbedaan antara ego yang sehat dan berlebihan (egois), serta fokus pada pencapaian tujuan dan etika kerja yang baik, maka pandangan negatif tentang ego dalam bisnis dapat diubah menjadi pandangan yang positif dan memberikan manfaat bagi kesuksesan bisnis.

Banyak orang beranggapan bahwa ego yang sehat dalam bisnis adalah sebuah paradoks. Namun, studi kasus banyak menunjukkan sebaliknya. Salah satu contoh sukses bisnis dengan memiliki ego yang sehat adalah Apple Inc. CEO Apple, Steve Jobs, dikenal sebagai sosok yang memiliki ego yang tinggi dan agresif dalam bisnis. Namun, ia juga mampu mempertahankan kualitas dan konsistensi produk-produk yang dihasilkan oleh Apple.

Jobs tidak takut untuk menolak ide atau gagasan yang dianggapnya tidak sesuai dengan visi dan misi Apple. Namun, ia juga mampu mendengarkan masukan dan kritik dari timnya. Jobs memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam mengambil keputusan, namun ia juga mampu merangkul dan menginspirasi timnya untuk mencapai tujuan bersama.

Selain Apple, ada juga contoh sukses bisnis dengan ego yang sehat, seperti: Virgin Group milik Sir Richard Branson dan Tesla milik Elon Musk. Keduanya memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan agresif dalam mengambil risiko bisnis, namun juga mampu memimpin tim mereka dengan baik dan mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan.

Ingat !!!. Memiliki ego yang sehat tidak sama dengan menjadi egois atau meremehkan orang lain. Sebaliknya, memiliki ego yang sehat berarti memiliki kepercayaan diri yang seimbang dengan kemampuan diri sendiri, mampu mengambil keputusan dengan tepat, dan mampu memimpin tim dengan inspiratif. Studi kasus tentang kesuksesan bisnis dengan ego yang sehat, menunjukkan bahwa memiliki ego yang sehat dapat menjadi kekuatan dalam membangun bisnis yang sukses.

Mengakhiri, pembahasan tentang ego yang sehat dalam bisnis, ada beberapa saran yang dapat membantu seorang pengusaha dalam menjaga dan membangun ego yang sehat dalam bisnis. Pertama, penting untuk kita pahami bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Jangan biarkan kegagalan merusak ego kita. Sebaliknya, gunakan kegagalan sebagai pelajaran dan kesempatan untuk tumbuh. Kedua, penting untuk membangun tim yang kuat. Memiliki tim yang solid dapat membantu mengurangi tekanan dan beban kerja pada satu orang. Selain itu, dengan membangun tim yang kuat, kita dapat belajar dari satu sama lain dan memperkuat keterampilan yang mungkin kita tidak miliki sendiri.

Ketiga, jangan takut untuk meminta bantuan. Ada saat-saat di mana kita akan merasa lelah dan terlalu tertekan. Jangan biarkan ego kita menghalangi kita untuk meminta bantuan. Meminta bantuan dapat membantu mengurangi tekanan dan memberi kita waktu untuk merefleksikan dan memperbaiki diri.

Jadi, sebagai seorang pengusaha, kita harus ingat, bahwa ego yang sehat adalah kunci kesuksesan dalam bisnis. Dengan membangun dan menjaga ego yang sehat, kita dapat tumbuh sebagai pemimpin yang baik dan mengelola usaha kita, menuju sukses yang lebih besar. Wallahu A'lamu Bishshawwab.

Bekasi, 30 Juni 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun