Napalm adalah bom berbentuk jenang dari bensin dengan hulu ledak 22x50 meter. Squadron B-29 Superfortress soditempatkan di Mariana untuk menyerang Jepang. Pelepasan bom itu dari pesawat bersifat otomatis dengan pengaturan waktu yang disebut intervalometer—dimana bom akan jatuh dari pesawat berdasarkan kecepatan relatif pesawat di udara. Bom berbobot 225 kg akan jatuh tiap jarak 15 meter. Sementara itu tiap pesawat membopong 180 bom dengan total berat 5,5 ton.(Agus Suprapto, op. cit., hlm. 216-217)
Agus Suprapto, op. cit., hlm. 224.
Menurut veteran perang yang dulunya prajurit Jepang bernama Yamaoko, sekitar 2.000 prajurit Jepang tewas di sekitar tepi Mahakam karena serangan penyaakit kolera, amalaria, dan demam berdarah. Mereka sempat mendapat pertolongan dari rakyat sipil di sekitar situ yang merasa iba pada prajurit yang pernah dianggap kejam itu. (Agus Suprapto, op. cit., hlm. 224-228.)
Agus Suprapto, op. cit., hlm. 229-230.
Ibid., hlm. 230-232.
Abdul Haris Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan II, Jakarta & Bandung, Angkasa, 1977, hlm. 477-478.
Adulrahman Karim, Kalimantan Berdjuang, Jakarta, Dinas Penerbitan Balai Pustaka, 1956. hlm. 35.
Tjilik Riwut, Kalimanatan Membangun, Palangkaraya, 1979. hlm. 106.
Ibid., hlm. 106-107.
Ibid., hlm. 33.
(http://www.balikpapan.go.id/index.php?option=com_balikpapan&task=sejarah: http://id.wikipedia.org/wiki/balikpapan)