Mohon tunggu...
Andi Nur Baumassepe
Andi Nur Baumassepe Mohon Tunggu... Dosen - Adalah seorang dosen, konsultas bisnis Manajemen dan Peneliti

berkecimpung dalam dunia konsultan bisnis dan manajemen, serta pengajar di Universitas Hasanuddin. Membantu korporasidan startup series A dalam scale up bisnis, pengembangan bisnis model dan matching investor skema Private equity. Membantu pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dalam pengembangan ekosistem kewirausahaan dan dunia Industri. Silahkan kontak baumassepe@fe.unhas.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Model Bisnis "Umpan dan Kail" Belajar dari Gillette

6 Oktober 2024   15:46 Diperbarui: 18 Oktober 2024   14:04 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital yang serba cepat dan penuh persaingan, inovasi produk saja tidak cukup untuk mempertahankan keunggulan kompetitif. Kemunculan teknologi baru, seperti e-commerce, langganan produk (subscription-based services), dan produk ramah lingkungan, telah mengubah lanskap bisnis secara signifikan.

Merek seperti Dollar Shave Club dan Harry's, misalnya, memanfaatkan model langganan yang lebih personal dan langsung menjangkau konsumen tanpa perantara ritel. Mereka menawarkan harga yang lebih terjangkau dengan pengiriman rutin produk ke rumah konsumen, merombak paradigma bisnis alat cukur yang selama ini didominasi Gillette. Hal ini menunjukkan bahwa strategi distribusi tradisional dan kekuatan penguasaan rak di ritel fisik tidak lagi relevan sepenuhnya.

Selain itu, kesadaran konsumen terhadap isu lingkungan juga memberikan tantangan bagi model bisnis "umpan dan kail". Produk sekali pakai seperti silet sekarang mendapat sorotan negatif karena menghasilkan limbah yang signifikan.

Konsumen modern cenderung mencari produk yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan, memaksa perusahaan-perusahaan seperti Gillette untuk mengadaptasi model bisnis mereka agar tetap relevan.

Dengan perubahan perilaku konsumen dan munculnya pesaing baru, perusahaan-perusahaan besar harus berpikir lebih jauh dari sekadar inovasi produk dan paten.

Keunggulan kompetitif di masa depan akan bergantung pada model bisnis yang mampu beradaptasi dengan cepat, menawarkan nilai yang berkelanjutan, serta membangun hubungan yang lebih personal dengan pelanggan.

Pelajaran dari Gillette: Apakah Model Bisnis Anda Sudah Tepat?

Sementara Gillette sukses besar dengan model bisnis "umpan dan kail", keberhasilan di masa depan akan ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk terus berinovasi, baik dalam produk maupun model bisnis.

Di era yang semakin digital dan penuh persaingan, perusahaan perlu mengevaluasi kembali strategi bisnis mereka. Apakah model bisnis saat ini mampu menghadapi tantangan baru? Apakah sudah memaksimalkan potensi inovasi, distribusi, dan keberlanjutan?

Dalam bisnis modern yang serba dinamis, keunggulan kompetitif tidak hanya ditentukan oleh kualitas produk, tetapi juga oleh fleksibilitas dan ketepatan model bisnis.

Pelajaran dari Gillette menunjukkan bahwa inovasi yang tepat di waktu yang tepat dapat menciptakan keunggulan besar---namun, mempertahankan keunggulan tersebut memerlukan adaptasi terus-menerus terhadap perubahan zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun