Mohon tunggu...
Andi Nur Baumassepe
Andi Nur Baumassepe Mohon Tunggu... Dosen - Adalah seorang dosen, konsultas bisnis Manajemen dan Peneliti

berkecimpung dalam dunia konsultan bisnis dan manajemen, serta pengajar di Universitas Hasanuddin. Membantu korporasidan startup series A dalam scale up bisnis, pengembangan bisnis model dan matching investor skema Private equity. Membantu pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dalam pengembangan ekosistem kewirausahaan dan dunia Industri. Silahkan kontak baumassepe@fe.unhas.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Makassar

Branding Makassar Kota Makan Enak

20 Februari 2023   09:52 Diperbarui: 10 Januari 2024   23:32 1130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar: humas pemkot Makassar 2023

Branding Makassar kota Makan enak, dicetuskan Walikota Makassar Ir Mohammad Ramdhan Pomanto atau DP. Ada yang menarik saat memberikan sambutan dalam Pengukuhan Pengurus IMA (Indonesia Marketing Association) chapter Makassar pada tanggal 28 Januari lalu,

DP mengungkapkan mengapa memilih kata Makassar Kota Makan enak, bukan dengan makassar kota kuliner atau kota pisang atau kota coto. DP beralasan kata makan bermakna melakukan, beda bila kuliner hanya semacam nama yang berhubungan dengan dapur dan masakan. Makan enak ada proses kegiatan disana, kita sudah makan dan enak. Ini dipilih karena menganggap Makassar memiliki berbagai macam kuliner yang khas, mudah ditemukan yang tidak dimiliki kota lain di nusantara. Suatu ide yang brilian dan patut kita dukung.

Berbagai macam jenis makanan-minum seperti coto, pallubasa, sop konro, songkolo, kapurung, saraba, es teler yang saat ini sudah ada sekitar 30 nama jenis masakan dan minuman yang diidentifikasi sebagai kuliner khas Kota Makassar serta berbagai macam gastronomi nya.

Gastronomi sendiri dipahami studi membedah dan menganalisis bagaimana makanan mempengaruhi masyarakat dan budaya yang mengkonsumsinya, ada nilai sejarah serta hal yang berkaitan nilai gizi, sumber daya alam, warisan leluhur, proses teknik penyajian menjadikan kota Makassar memiliki kekuatan sebagai pusat kuliner nantinya.

Kita kaya akan berbagai makanan dan minuman lokal, apakah itu berasal dari tradisi suku Bugis Makassar, Toraja, Mandar dari Sulawesi Selatan, belum yang dipengaruhi budaya Jawa, Tionghoa, Bangsa Eropa, India sampai Arab. Tentu ini lahir dari proses artikulasi budaya yang panjang

Kenapa kuliner? DP menganggap ini akan menggerakan perekonomian kota kita dibidang kuliner. Siapa saja yang terlibat? Tentu banyak mulai dari petani, pedagang pasar, penyuplai bumbu, tenaga koki dan pramusaji, serta menggerakan sektor lain seperti, wisata,  keuangan dan properti. Tentu diharapkan akan memberi dampak pada pengendalian inflasi, dan pertumbuhan ekonomi lokal.

Dalam perspektif ilmu Branding, Makassar Kota Makan enak, suatu hal baru kita bangun. Butuh proses agar brand itu melekat dengan identitas kota. Ada konsistensi dan upaya yang besar untuk itu.

Brand tidak hanya dimaknai sebagai sebuah logo, simbol, tagline yang akan menjadi identitas suatu produk agar dikenal oleh pelanggan. Tapi filosofi mendasar dari suatu Brand adalah bermakna janji.

Pakar Branding ternama Al Ries mengatakan Branding adalah janji. Begitu kita mengatakan Makassar kota Makan enak, harusnya wisatawan baik itu lokal, nusantara dan mancanegara betul-betul merasakan bahwa makanan kita adalah enak. Enak dalam arti betul-betul enak, tanpa terkecuali. Enak tidak hanya masakan, tempatnya juga harus nyaman, bersih, aman dan tentunya masakan ini membawa dampak kesehatan bagi yang memakannya.

Pertanyaan bagi kita sebagai warga makassar yang berbisnis kuliner dan pelaku UMKM ? Siapkah kita memberi sensasi Makan enak itu secara prima?

Tidak hanya itu siapkah kita memberi pelayanan terbaik, tidak hanya pengalaman makan enak suatu masakan, namun juga hospitality atau keramahtamahan serta kenyamanan pengunjung dalam menyantap masakan kita di warung.

Apakah makanan itu sudah bersertifikasi Halal? Ini standar yang baik bila masakan kita telah berlabel halal, sehingga ada bukti dan pengakuan bahwa makanan kita telah tersertifikasi dari BPJPH (Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal).

Tidak hanya dari pelaku usaha dan masyarakat, peranan pemerintah kota Makassar yang dituntut konsisten dengan ini.

Adakah  program kebijakan yang telah disiapkan dengan baik. Bagaimana dengan anggaran pemkot yang memadai bila hendak mewujudkan hal itu. Apakah ada dukungan untuk membantu sertifikasi halal pelaku UKM, memberi pendampingan tentang kuliner aman dan sehat dari dinas terkait, mengajarkan pramusaji agar lebih ramah kepada pelanggan, prasarana kebersihan, pengelolaan limbah agar tidak merusak lingkungan, tempat parkir yang baik, tidak ada gangguan dari peminta-minta, dan palak memalak oleh preman.

Pemerintah harus serius bila sudah melakukan city branding atau branding kota. Kembali lagi kata Pakar Branding Al Ries, branding adalah janji, jadi jika wisatawan ke Makassar, makanannya tidak enak, tidak sesuai yang di iklan, mereka akan anggap ini adalah "bohong". Tentu kita akan malu.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Makassar Selengkapnya
Lihat Makassar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun