Branding Makassar kota Makan enak, dicetuskan Walikota Makassar Ir Mohammad Ramdhan Pomanto atau DP. Ada yang menarik saat memberikan sambutan dalam Pengukuhan Pengurus IMA (Indonesia Marketing Association) chapter Makassar pada tanggal 28 Januari lalu,
DP mengungkapkan mengapa memilih kata Makassar Kota Makan enak, bukan dengan makassar kota kuliner atau kota pisang atau kota coto. DP beralasan kata makan bermakna melakukan, beda bila kuliner hanya semacam nama yang berhubungan dengan dapur dan masakan. Makan enak ada proses kegiatan disana, kita sudah makan dan enak. Ini dipilih karena menganggap Makassar memiliki berbagai macam kuliner yang khas, mudah ditemukan yang tidak dimiliki kota lain di nusantara. Suatu ide yang brilian dan patut kita dukung.
Berbagai macam jenis makanan-minum seperti coto, pallubasa, sop konro, songkolo, kapurung, saraba, es teler yang saat ini sudah ada sekitar 30 nama jenis masakan dan minuman yang diidentifikasi sebagai kuliner khas Kota Makassar serta berbagai macam gastronomi nya.
Gastronomi sendiri dipahami studi membedah dan menganalisis bagaimana makanan mempengaruhi masyarakat dan budaya yang mengkonsumsinya, ada nilai sejarah serta hal yang berkaitan nilai gizi, sumber daya alam, warisan leluhur, proses teknik penyajian menjadikan kota Makassar memiliki kekuatan sebagai pusat kuliner nantinya.
Kita kaya akan berbagai makanan dan minuman lokal, apakah itu berasal dari tradisi suku Bugis Makassar, Toraja, Mandar dari Sulawesi Selatan, belum yang dipengaruhi budaya Jawa, Tionghoa, Bangsa Eropa, India sampai Arab. Tentu ini lahir dari proses artikulasi budaya yang panjang
Kenapa kuliner? DP menganggap ini akan menggerakan perekonomian kota kita dibidang kuliner. Siapa saja yang terlibat? Tentu banyak mulai dari petani, pedagang pasar, penyuplai bumbu, tenaga koki dan pramusaji, serta menggerakan sektor lain seperti, wisata, Â keuangan dan properti. Tentu diharapkan akan memberi dampak pada pengendalian inflasi, dan pertumbuhan ekonomi lokal.
Dalam perspektif ilmu Branding, Makassar Kota Makan enak, suatu hal baru kita bangun. Butuh proses agar brand itu melekat dengan identitas kota. Ada konsistensi dan upaya yang besar untuk itu.
Brand tidak hanya dimaknai sebagai sebuah logo, simbol, tagline yang akan menjadi identitas suatu produk agar dikenal oleh pelanggan. Tapi filosofi mendasar dari suatu Brand adalah bermakna janji.
Pakar Branding ternama Al Ries mengatakan Branding adalah janji. Begitu kita mengatakan Makassar kota Makan enak, harusnya wisatawan baik itu lokal, nusantara dan mancanegara betul-betul merasakan bahwa makanan kita adalah enak. Enak dalam arti betul-betul enak, tanpa terkecuali. Enak tidak hanya masakan, tempatnya juga harus nyaman, bersih, aman dan tentunya masakan ini membawa dampak kesehatan bagi yang memakannya.
Pertanyaan bagi kita sebagai warga makassar yang berbisnis kuliner dan pelaku UMKM ? Siapkah kita memberi sensasi Makan enak itu secara prima?
Tidak hanya itu siapkah kita memberi pelayanan terbaik, tidak hanya pengalaman makan enak suatu masakan, namun juga hospitality atau keramahtamahan serta kenyamanan pengunjung dalam menyantap masakan kita di warung.