Mohon tunggu...
Andi Nur Baumassepe
Andi Nur Baumassepe Mohon Tunggu... Dosen - Adalah seorang dosen, konsultas bisnis Manajemen dan Peneliti

berkecimpung dalam dunia konsultan bisnis dan manajemen, serta pengajar di Universitas Hasanuddin. Membantu korporasidan startup series A dalam scale up bisnis, pengembangan bisnis model dan matching investor skema Private equity. Membantu pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dalam pengembangan ekosistem kewirausahaan dan dunia Industri. Silahkan kontak baumassepe@fe.unhas.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Money

"Start up" Makassar, Bisa Tonji?

10 Desember 2017   23:07 Diperbarui: 10 Desember 2017   23:18 1773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa tahun belakangan ini perhatian pemerintah terhadap pengembangan industri kecil menengah (IKM) atau lebih familiar dengan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) tidak perlu diragukan lagi. Berbagai upaya yang telah dilakukan seperti memberi pelatihan, pembinaan, bantuan modal, memberikan award (UKM award lomba antar lorong), program BULO (Badan Usaha Lorong), program bank sampah, bantuang peralatan,  memberi fasilitas pelaku UMKM agar produknya bisa ekspor keluar negeri dan banyak lain. 

Program tersebut sebagai bukti pemerintah peduli walaupun secara nilai bisnis kecil tetapi pelaku UKM memliki sumbangsih yang besar bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Tercatat IKM di Indonesia telah memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 99,74% dari total serapan nasional dan memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar Rp 1.013,5 triliun atau 56,73%. 

Namun ada hal yang perlu diperhatikan pemerintah adalah bagaimana "kepedulian" terhadap kelompok UMKM yang berbasis digital yang bisa disebut dengan startup. Saya menggunakan kata startup untuk menunjukkan bahwa salah satu golongan UMKM berbasis ICT (Information Communication and Technology) yang merupakan perusahaan rintisan,  pasarnya masih belum kuat dan besar. 

Kata startup sendiri sebenarnya popular di Silicon Valey pada awal 1990 hingga 2000. Startup mulai populer ketika bermunculan perusahan berbasis ICT di Amerika Serikat. Biasanya Startup hanya terdiri dari beberapa orang selaku founder dan co-founder, karyawan 5-20 orang, usia usaha dibawah 5 tahun. Kapitalisasi usaha dibawah 200-300 juta, dibuat untuk memberi solusi suatu problem di masyarakat dengan basis teknologi. 

Kekuatan dari startup ini adalah bisnis model yang memiliki keunggulan dengan basis pasar yang tidak di lirik perusahaan besar sebelumnya. Namun kedepan mampu men-disruptive pasar dan pemimpin pasar yang ada.Startup sendiri akan mulai dilirik oleh investor atau venture capital setelah berbagai macam perusahaan yang berbasis digital tersebut memberi imbal hasil yang besar disertai dan potensi meningkatkan valuation perusahan berlimpat kali dalam waktu singkat.

Di Indonesia, industri startup mulai menggeliat setelah bisnis dotcom mulai bergairah kembali setelah fenemona bubble dot.com di Amerika sana. Masih sedikit riset tentang perkembangan industry startup di Indonesia, namun hal ini dapat diamati mulai bermunculan ditahun 2010 manakala sering diadakannya pertemuan dan gathering bagi anak-anak muda yang memiliki kesamaan minat akan bisnis digital. 

Jakarta, Bandung dan Jogjakarta merupakan tiga kota yang memiliki animo yang tinggi terhadap tumbuh kembangnya perusahaan berbasis startup tersebut. Ketiga kota itu mendorong tumbuh kembangnya komunitas-komunitas seperti Bandung digital valley, Jogja Digital valley. Di kota-kota lain seperti Semarang, Bali dan Surabaya tidak ketinggalan kemudian. 

Munculnya even-even seperti World Camp Indonesia ditahun 2010, mengadopsi even startup internasional menjadi penyemangat bagaimana pebisnis startup itu bermunculan bagai jamur. 

Adanya FOWAB, COMFEST, HIMSISFO, Enchelon merupakan event-event yang diinisiasi para pelaku startup di Indonesia, kini perusahaan telekomunikasi seperti Telkom Group sejak tahun 2013, mulai berkonstribusi dengan aktif melakukan even seperti Indigoo, Next Dev dan program-program inkubator bisnis dengan tujuan mendorong tumbuh kembangnya bisnis berbasis digital.Makassar belum sehiruk pikuk dengan startup di kota-kota besar tadi. 

Sekali lagi belum ada penelitian komperensif bagaimana pertumbuhan startup lokal di kota ini.  Namun observasi dilapangan kehadiran Startup di Kota Makassar mulai berkembang setelah  terbentuk komunitas ditahun 2014 dikenal dengan nama Komunitas  startup Makassar. 

Dimotori oleh DiLO dan MIKTI (Indonesia Digital Creative Industry Community) bekerjasama dengan Telkom.Sebelumnya hanyalah  sifatnya masih sekitar lingkup kampus, dan berkumpul sebatas bila ada event atau kompetisi-kompetisi yang diadakan oleh perusahaan nasional.Komunitas Startup Makassar lahir dari anak-anak muda yang memiliki kesamaan visi untuk memajukan ekosistem startup di kota ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun