Mohon tunggu...
Meneer Pangky
Meneer Pangky Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger

Blogger | Wiraswasta | meneerpangky.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebersihan Itu Tak Buang Sampah Sembarangan

23 September 2016   21:48 Diperbarui: 23 September 2016   22:01 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokakarya Isu Sampah di Balai Desa. Photo by MeneerPanqi, 2013.

Hal yang sama juga berlaku dalam proses kreatif pengelolaan sampah diatas. Budaya bersih yang dijalankan tidak lebih sebagai manifestasi dari ajaran agama Islam, yang mana kebersihan adalah sebagian dari iman. Sebagai desa dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, Santri Songo merasa kebebanan moral untuk membudayakan kebersihan lingkungan di desanya tersebut.

Begitupun budaya lainnya. Misalnya, budaya grapyak.  Budaya suka menyapa dan senyum ini adalah manifestasi dari ajaran Islam. Bahwa sedekah itu tidak hanya berupa harta, sedekah juga bisa berbentuk senyuman. Kedatangan Islam yang mengajarkan anjuran sedekah senyum telah mengubah gaya orang desa. Dari yang feodal—majikan dan pawongan—menjadi egaliter. Cair dengan suasana yang dibangun lewat sapa dan senyum.

Setidaknya, begitu juga dengan yang terjadi di Eropa. Eropa masa lalu, menganggap mandi sebagai kegiatan orang gembel dan miskin, dalam usaha membersihkan badannya seusai melakukan pekerjaan di ladang dan di sawah—membersihkan tubuhnya dari kotoran. Orang-orang ningrat dan kaya Eropa pun enggan mandi, karena takut stigma negatif disamakan dengan kaum gembel dan miskin. Lalu datanglah Islam di Andalusia, Spanyol.

Islam kemudian mengajarkan untuk hidup bersih—mandi dan wudhu. Islam juga memperkenalkan budaya membaca lewat tadarrus al-Qur’an.  Berangsur-angsurlah orang Eropa membaca buku-buku pengetahuan dan mandi wajib seminggu sekali setiap hari jum’at. Dari sinilah orang Eropa mulai menapaki masa pencerahan. Tak heran jika kosakata Bahasa Arab banyak diserap bahasa-bahasa Eropa.

Sebut saja misalnya, Bahasa Spanyol (Alcoba, alacena, almohada) yang diserap dari Bahasa Arab,  al-qubba, al-khizana,  al-mukhada. Yang diserap oleh Bahasa Potugis (alcatifa, alfandega, safra) yang bermakna selimut, penginapan, dan panen; berasal dari Dr al-Qatifa, Dr al-Funduq dan Dr Isfarra. Yang diserap oleh Inggris, cable dari Dr Hablun, sugar dari Dr Sukar, dan algebra dari Dr al-Jabr.

Biasakan Bersih & Senyum

Brand sebuah negara dikatakan baik apabila penduduknya memiliki kepribadian bersahabat dan mencintai lingkungan yang bersih. Namun yang terjadi di Indonesia adalah kebalikannya. Bandingkan dengan negara tetangga, Singapura misalnya. Kita akan tertunduk malu.

Singapura telah berhasil menata negaranya, penduduknya sudah mengaplikasikan budaya bersih dengan didukung aturan dan sanksi-sanksi bagi warganya yang tidak taat. Dendanya bisa mencapai 5000 dollar ketika warga melanggarnya. Larangan membuang sampah sembarangan, menyebrang sembarangan, dan lain-lainnya.

Meski dikenal sebagai bangsa yang ramah, namun bangsa ini masih kurang peduli akan kebersihan lingkungannya. Sampah dimana-mana, kebersihan belum menjadi kebutuhan. Tak heran jika Presiden Widodo mencanangkan gerakan revolusi mental. Mental-mental seperti ‘nyampah’ harus diganti dengan mental doyan bersih.

Cerita-cerita seperti diatas layak menjadi gerakan nasional. Jangan melihat satu atau dua orang yang melakukannya. Tapi, bayangkan jika jutaan orang melakukannya. Dari tiap desa, dari pelosok negeri ini. Bukan sesuatu yang mustahil negeri ini akan bersih dan asri.

Dari mana kita memulai gerakan budaya bersih dan senyum ini? Seperti kata Aa Gym, dari diri kita sendiri, dari keluarga kita, dan mulai dari saat ini. Kebersihan itu bukan lagi sebagian daripada iman. Kebersihan itu tak buang sampah sembarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun