Penulis sengaja mengambil subtema tekait regenerasi Pertanian bukan regenerasi petani karena diarasa yang perlu dilakukan regenerasi bukan hanya petani tapi juga seluruh stake holder pertanian dan sistem pertanian. Â
Pertanian yang selama ini dianggap adalah parsial, petani dengan bertani dan produksi tanaman nya, pengusaha dengan perdagangannya , perguruan tinggi dan lembaga riset dengan penelitian dan pengembangannya dan pemerintah dengan kebijakanya. hal yang parsial ini mengakibatkan pertanian tidak dibangun secara utuh sebagai satu kesatuan sistem. yang berdampak pada timbulnya permasalahan yang berkelanjutan seperti inflasi harga input dan output, over supply dan over demand.
Pertanian adalah sebuah sistem yang terbangun atas dasar berbagai komponen dengan bermacam kepentingan. Â Ketika kita berbicara tentang regenerasi, tidak boleh hanya dengan petani tetapi seluruh komponen pelaku di dalamnya. Â
Pengembangan SDM dari Hulu sampai hilir menjadi sesuatu yang pasti. ada beberaa model seperti pentahelix yang melibatkan seluruh komponen dari pertanian dan mewujudkan sebuh projek yang disebut kolaborasi. Â
Wacana Kolaborasi ini adalah bentuk nyata dari regenerasi petani ( Pertanian ) dalam bentuk society atau komunitas. Dimana sistem yang dibentuk adalah atas dasar kesepakatan bersama dan pengembangan SDM yang ada berdasarkan kebutuhan bukan keterpaksaan. Komunitas menjadi wadah strategis informal untuk meningkatkan pengetahuan pertanian secara berkelanjutan dan berbasis kebutuhan di lapangan.
metode ini menjadi sebuah representasi Society 5.0 yang sudah jepang canangkan, selangkah lebih maju dibanding negara lain.  Disaat negara maju lain berfikir bagaimana bisa mengakselerasi tools menjadi industry 4.0, jepang mengakselerasi masyarakatnya agar menjadi lead dari technolgy 4.0 bukan sebagai objek. ini lah yang harus dibangun  oleh indonesia khususnya di sektor pertanian. Industry 4.0 hanya tools yang harus dikendalikan oleh SDM yang berkompeten dan mempunyai wawasan keberlanjutan. Regenerasi menjadi sesuatu hal yang mesti dilakukan oleh semua peran dalam pembangunan pertanian. Regenerasi yang harys dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Regenerasi Petani
Petani adalah subjek utama dalam pembangunan pertanian bukan objek, basis dari regenerasi ini harus berbasis kebutuhan dan kondisi di lapangab , berdasarkan trends dan pergeseran zaman, contohnya berkembangnya urban farming menandakan bahwa basis pertanian bukan hanya pedesaan tapi juga perkotaan, sehingga jangan tersegmentasikan pembangunan pertanian hanya di desa. Urban farming menjadi salah satu basis pertanian yang digemari milenial dan sarana regenerasi pertanian cth Indonesia Berkebun dll. sehingga yang bisa dikembangkan adalah Siapapun bisa jadi petani. dimanapun dan kapanpun. Perspektif ini menjadi pertanian sebagai sektor yang ramah untuk dijadikan profesi karena mempunyai kemudahan dan peluang usaha yang prospektif. Sehingga muncul lah para petani milenial perkotaan dan juga milenial pedesaam yang membangun desa nya dengan teknologi.
b. Regenerasi Pengusaha Pertanian
Peluang Entrepreneur atau wirausaha menjadi bagian penting dalam usaha pertanian. Â Peluang para wirausahawan terbuka luas pada sektor pertanian. dengan tema siapapun bisa jadi petani? menjadi batu loncatan munculnya pengusaha pertanian millenial, regenerasi ini diperlukan untuk mengupdate usaha tani yang selama ini ada berbasis kebiasaan. Pengusaha pertanian harus menjadi risk takers berbasis data sehingga dapat memberdayakan petani.
c. Regenerasi Birokrasi Pertanian
Penyuluh, peneliti dan pejabat di lingkup pertanian di Kabupaten, Provinsi dan Pusat  harus bertransformasi dalam menjalankan tugasnya, Mengidentifikasi permasalahan berbasis kondisi real dan data menjadi hal yang harus dilakuakan, Perlu ada inovasi teknologi dan kreativitas dalam menjalankan tugas pengabdiannya. perlu ada tindakan out of the box  yang positif dan tetap dalam radar kewenangan, Regenerasi ini akan berdampak positif bagi pengemangan pembangunan pertanian 4.0. Deregulasi peraturan yang menghambat dalam pelaksanaan pembangunan, membangun one platform application untuk memberikan kemudahan bagi para pelaku pertanian.
d. Regenerasi Lembaga Riset Pertanian
Regenerasi ini diperlukan agar lembaga riset pertanian mempunyai tujuan menghasilkan outcome yang memiliki impact recognition, inovasi bukan ada dalam ranah Hulu tapi juga hilirisasi, Bukan hanya ada pada ranah penciptaan teknologi tapi juha bagaimana melakukan manajemen terhadap teknologi, dan responsif terhadap kondisi di lapangan. Big data menjadi satu kebutuhan yang pasti, untuk dapat mengakselerasi pertumbuhan inovasi di petani, sama halnya dengan peran perguruan tinggi pertanian yang bukan hanya menghasilkan riset tapi juga pengabdian pada masyarakat
e. Regenerasi sistem pembangunan pertanian
arahan top down, bottom up dirasa sudah lekang dengan waktu dan memiliki plus dan minus, sistem pertanian harus di regenerasi menajdi berbasis kolaborasi, dimana program, bantuan, penelitian dan teknologi berbasis kondisi real di lapangan. Hal ini akan mencegah terjadinya inefisiensi dalam pelaksanaan program yang tidak sustainable. Dibangun berdasarkan kebutuhan komunitas-komunitas pertanian yang ada ( kebutuhan kelompok tani / Gapoktan direct langsung ke pemegang kebijakan) memperpendek alur birokrasi . pada akhirnya regenerasi pertanian ini akan menajdi salah satu transformasi yang berhasil bagi semua kalanganÂ
Regenerasi petani adalah hal yang pasti, tetapi sebelum itu harus dipersiapkan mekanisme dalam mensupport regenerasi ini, agar kedepanya generasi petani millenial ini dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik. support dan pengalaman generasi sebelumnya harus diturunkan dan diwariskan agar menjadi pengalaman berharga untuk diformulasikan menjadi strategi pembangunan pertanian berbasis komunitas (MTPP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H