Mohon tunggu...
Masnunatul Masyiroh
Masnunatul Masyiroh Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi

PIAUD '17 UIN Maulana Malik Ibrahim. Email: masyirohmasnunatul@gmail.com / twitter: @MasnunatulM

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mengajari Anak Supaya Berpikir Sendiri

21 Maret 2019   06:34 Diperbarui: 21 Maret 2019   14:08 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
melatih anak berpikir

Orang tua gemar memberi nasihat kepada anak-anaknya, gemar memecahkan masalah pada anak, gemar memberi perlindungan jika anak membuat keputusan yang salah, gemar memberi jawaban-jawaban atas masalah yang dihadapi anak. Yang disebabkan orang tua kurang sabar menunggu sampai anak menemukan alternatif-alternatifnya sendiri. 

Kebanyakan orang tua mengarahkan dengan berkata "ini tidak apa-apa" atau "jangan begitu..". Ada saat dimana anak-anak harus berpikir sendiri. Tujuannya adalah agar anak dapat berpikir sendiri sebelum bertindak sehingga anak bisa berkata "sebentar, aku mau memikirkannya terlebih dahulu..". 

Terlebih jika anak telah beranjak remaja harus berpikir sendiri terhadap masalah yang dihadapinya, seperti tekanan teman sebayanya, keputusan untuk meminum obat terlarang, seks, dan masalah-masalah lainnya.

Maka dari itu, sejak dini anak harus dilatih untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sesuai dengan keputusannya sendiri sehingga mereka akan tahu bagaimana caranya memecahkan masalah-masalah ketika mereka beranjak remaja. Daripada menyajikan penyelesaian-penyelesaian, ajarilah anak bagaimana membuat alternatif-alternatifnya sendiri.

Teknik bertanya berikut ini akan membantu orang tua dapat membimbing pikiran anak supaya dapat berpikir sendiri:

Apa yang kamu lakukan?

Apa yang seharusnya kamu lakukan?

Apa kamu membuat pilihan yang sudah benar?

Apa yang seharusnya kamu lakukan?

Apa yang bisa kamu lakukan lain kali?

Sehingga pertanyaan-pertanyaan diatas bisa di modifikasi oleh para orang tua bagaimana menyusun teknik pertanyaan-pertanyaan tersebut saat akan dilontarkan kepada anak. Berikut adalah contoh dialog antara Ibu dan Dinda yang berumur dua belas tahun dalam menggunakan pertanyaan-pertanyaan pembimbing di atas:

Ibu: "Apa yang sedang terjadi, Dinda?"

Dinda: "Dia menggodaku.."

Ibu: "Katakan saja pada Ibu yang kamu lakukan."

Dinda: "Aku memukulnya."

Ibu: "Apa aturannya kalau kamu memukulnya?"

Dinda: "Tapi ia mengolok-ngolok ku juga."

Ibu: "Apa kamu memukul?"

Dinda: "Ya."

Ibu: "Apa itu keputusan yang baik?"

Dinda: (Diam)

Ibu: "Apa lagi yang dapat kamu lakukan selain memukul?"

Dinda: "Aku bisa pergi."

Ibu: "Betul, barangkali itu pilihan yang lebih baik. Apa kamu mengalami kesulitan sehingga kamu tidak memilih untuk pergi saja?"

Dinda: "Tidak."

Ibu: "Barangkali sebaiknya kamu berusaha pergi menjauh saja jika ada yang menggodamu lagi."

Ibu sedang mengajari Dinda bagaimana menentunnya untuk berpikir tentang apa yang telah dilakukan dan menyusun alternatif-alternatif yang lebih baik untuk dilakukan lain kali jika mengalami kejadian yang sama.

Tetapi, ketika anak tidak mampu berpikir sendiri mengenai alternatif-alternatifnya sendiri, maka orang tua harus bersabar untuk tidak segera memberi anak nasihat. Berilah saran dengan menyampaikan sebuah cerita. "Ketika Ibu seusiamu, Ibu mempunyai teman yang mengalami kejadian serupa. Ia memecahkan masalah dengan cara mengacuhkan anak-anak yang menggodanya." lalu biarkan anak membuat pilihannya sendiri.

Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat, orang tua dan anak dapat menghindari adanya pembantahan dan mengajarkan pada anak bagaimana membuat keputusan yang lebih baik.

Selamat mencoba Bunda Yanda..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun