Keris dengan kerata basa (akronim) mlingker ora kena nggo ngiris ( meliuk liuk dan tidak bisa untuk mengiris adalah senjata pusaka tanah Jawa yang namanya telah melegenda.
Luk (bilah ) keris memang tidak lurus, berbelok dengan ujung yang runcing, dan  filosofi keris melekat erat dalam budaya Jawa.
Keris bagi orang Jawa adalah ageman atau busana bagi orang Jawa, sebagaimana disampaikan oleh Ki Yono salah seorang Paranormal, kolektor , dan juga melayani jual beli keris.
Menurut Ki Yono filosofi yang terdapat dalam keris sudah semestinya melekat erat dalam kehidupan orang Jawa. Â Keris memiliki 4 bentuk utama , yaitu runcing, tajam dan lurus. Keempat bentuk keris merupakan simbol yang bermakna sangat mendalam.
Tiap keris memiliki makna yang berbeda akan tetapi saling berkaitan satu sama lain. Sehingga menimbulkan sifat kesempurnaan bagi watak dan karakter seseorang. Sebab kata pria Asli Pasuruan ini Keris memiliki Pamor (kesan yang terbaca), dan melekat erat pada pemiliknya .
Keris ini memiliki dapur yang lurus sebagai simbol telah mendapatkan jalan keluar bagi sebuah permasalahan. Keris berbentuk lurus dengan ujung yang runcing menggambarkan  jalan kehidupan yang lurus, terlepas dari segala masalah dan mampu menjalani kehidupan selanjutnya tanpa halangan.
2.Keris  Tilam Sari
Keris Tilam Sari menggambarkan keluarga yang sakinah mawadah wa rohmah. Kesempurnaan rumah tangga yang diwujudkan dengan terbentuknya sebuah keluarga yang rukun, pernikahan yang awet hingga kaken-kaken ninen-ninen, keluarga yang  mampu saling manjaga kehormatan dengan saling menutupi aib masing-masing, sehingga terwujud keluarga yang bahagia dunia dan akhirat.
3. Keris Tilam Upih
Keris ini melambangkan jiwa pemikir, akan tetapi tidak tinggi hati serta menurut kepada guru. Sehingga ketika seseorang mendapatkan pengetahuan ia tidak sombong sebab apa yang diketahuinya berasal dari seseorang yang telah mengajarinya, yaitu guru.
4. Keris  Jalak Sangu Tumpeng
Keris jenis ini melambangkan orang yang sudah berkecukupan dengan sandang pangan dan papan. Sehingga hidupnya tak lagi bergantung kepada orang lain karena telah memiliki segalanya.
Lebih lanjut, Ki Yono menyampaikan bahwa di dalam keris terkandung dia sapujagat. Kesempurnaan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat yang menjadi cita-cita semua orang.
Sehingga keris muncul dalam acara-acara tradisi Jawa semisal Temon nganten. Dimana pengantin pria, ayah mempelai, dan ayah mertua terselip keris di pinggang belakangnya dan dihiasi dengan untaian bunga melati.
Ini melambangkan panuwunan (doa) kepada Tuhan Yang Maha Esa agar pengantin berdua bisa menjalani kehidupan yang mandiri, berkecukupan, dan mendapatkan kebahagiaan sebagaimana keharuman bunga melati yang menjadi hiasan keris.
Hari ini banyak orang berburu keris, sebagai koleksi ageman. Bahkan masih banyak juga orang yang mempunyai koleksi keris kuno yang usianya sudah ratusan tahun. Seperti misalnya pusaka-pusaka kerajaan.
Dan menyadari hal ini para empu dan seniman keris pun mencoba mengais rejeki dengan membuat keris-keris tiruan yang hampir mirip dengan aslinya untuk keperluan ritual dan upacara adat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H