Hari ini kita juga tidak bisa berpindah rumah dalam waktu singkat. Dan tidak bisa membawa rumah seperti siput kemanapun kita pergi. Meskipun ada jenis kendaraan yang berfungsi semacam rumah, tapi tak bisa mewakili keberadaan rumah secara keseluruhan.
Seseorang yang telah menikah setidaknya harus punya 3 hal. Pekerjaan, rumah, dan kendaraan. Semua ini sebagai kelengkapan untuk menunjang kehidupan.
Maka untuk itu, para manusia akan bekerja apa saja. Yang penting halal dan menghasilkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Punya rumah sebagai dermaga setelah seharian kelelahan mencari rejeki, dan memiliki kendaraan sebagai pendukung aktifitas.
Kata orang-orang tua, memiliki rumah itu pulung. Yang dalam bahasa Jawa berarti sebuah ketentuan yang belum bisa dipastikan. Tetapi bila sudah datang masanya, tidak akan dapat diduga.
Makanya ada diantara kita yang sudah berkeluarga selama puluhan tahun. Beranak- pinak dan memiliki banyak cucu tapi belum punya rumah secara pribadi. Dan hidupnya berada dalam kontrakan satu ke kontrakan yang lain sampai ajal datang menjemput.
Ada juga yang begitu menikah langsung bisa punya rumah, bahkan mobil pribadi melengkapi. Tapi sekali lagi, itu soal rejeki masing-masing orang yang tidak dapat ditiru atau diduplikasi.
Keberadaan rumah sebagai tempat tinggal yang tetap, mendorong semua orang untuk memilikinya. Sehingga segala daya upaya dilakukan untuk mewujudkannya meskipun dengan membayar angsuran di bank selama puluhan tahun.
Dan bagi saya pribadi, memiliki rumah sendiri masih menjadi sebuah harapan yang harus terus diusahakan. Sebab saya juga berada dalam golongan kontraktor ( mengontrak rumah dari satu tempat ke tempat yang lain), dan entah kapan keinginan punya rumah sendiri itu bisa terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H