Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Rumah dan Kehidupan

17 Juni 2020   20:42 Diperbarui: 17 Juni 2020   21:08 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Betapa pentingnya rumah bagi kehidupan semua makhluk. Yang menjadi tatanan ekologi berkesinambungan, memberikan dampak positif bagi kelangsungan hidup, perasaan aman, nyaman dan tenteram, bagi para penghuninya.

Binatang liar memiliki rumah berupa alam terbuka. Menggali tanah, membuat sarang di atas pohon, berkelompok dalam koloni, bahkan tinggal di dasar lautan yang dalam.

Manusia juga membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal tetap.  Pada jaman dahulu saat peradaban prasejarah, konon para manusia menempati goa sebagai tempat tinggal. Bahkan yang tinggal di hutan membuat rumah dari ranting di atas pohon.

Bahkan para manusia ada juga yang tinggal di atas air, yang terkenal dengan sebutan manusia perahu.

Jaman dahulu ada juga suku-suku pedalaman yang nomaden. Berpindah-pindah tempat dalam koloni-koloni kecil dan memiliki kepala suku sebagai pimpinan rombongan.

Jaman berkembang, peradaban makin maju, manusia mulai membangun rumah secara permanen. Di tempat yang tetap dan dalam jangka waktu yang lama.

Dan fungsi rumah sebagai tempat perlindungan masih belum berubah.

Saat ini manusia membuat rumah bukan sekedar sebagai tempat tinggal. Rumah difungsikan sebagai tempat untuk berbagai kegiatan. Selain sebagai tempat tinggal, sebuah rumah juga bisa berfungsi sebagai tempat rekreasi bagi keluarga yang ada di dalamnya . Sehingga dalam rumah juga tersedia kolam renang.

Manusia membutuhkan rumah yang tetap sebagai muara bagi seluruh kegiatan keluatga. Sehingga apabila habis bepergian akan pulang ke rumah dan bertemu kembali dengan anggota keluarga.

Rumah yang tetap juga berfungsi sebagai kelengkapan identitas karena menyangkut alamat, suatu wilayah, dan data kependudukan.

Hari ini kita juga tidak bisa berpindah rumah dalam waktu singkat. Dan tidak bisa membawa rumah seperti siput kemanapun kita pergi. Meskipun ada jenis kendaraan yang berfungsi semacam rumah, tapi tak bisa mewakili keberadaan rumah secara keseluruhan.

Seseorang yang telah menikah setidaknya harus punya 3 hal. Pekerjaan, rumah, dan kendaraan. Semua ini sebagai kelengkapan untuk menunjang kehidupan.

Maka untuk itu, para manusia akan bekerja apa saja. Yang penting halal dan menghasilkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Punya rumah sebagai dermaga setelah seharian kelelahan mencari rejeki, dan memiliki kendaraan sebagai pendukung aktifitas.

Kata orang-orang tua, memiliki rumah itu pulung. Yang dalam bahasa Jawa berarti sebuah ketentuan yang belum bisa dipastikan. Tetapi bila sudah datang masanya, tidak akan dapat diduga.

Makanya ada diantara kita yang sudah berkeluarga selama puluhan tahun. Beranak- pinak dan memiliki banyak cucu tapi belum punya rumah secara pribadi. Dan hidupnya berada dalam kontrakan satu ke kontrakan yang lain sampai ajal datang menjemput.

Ada juga yang begitu menikah langsung bisa punya rumah, bahkan mobil pribadi melengkapi. Tapi sekali lagi, itu soal rejeki masing-masing orang yang tidak dapat ditiru atau diduplikasi.

Keberadaan rumah sebagai tempat tinggal yang tetap, mendorong semua orang untuk memilikinya. Sehingga segala daya upaya dilakukan untuk mewujudkannya meskipun dengan membayar angsuran di bank selama puluhan tahun.

Dan bagi saya pribadi, memiliki rumah sendiri masih menjadi sebuah harapan yang harus terus diusahakan. Sebab saya juga berada dalam golongan kontraktor ( mengontrak rumah dari satu tempat ke tempat yang lain), dan entah kapan keinginan punya rumah sendiri itu bisa terwujud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun