Perhatian  orang tua sangat penting bagi perkembangan psikologi anak. Sebab orang tua adalah rule mode bagi anak. Anak-anak akan melihat dan meniru apapun yang dilihatnya. Terutama yang dilakukan oleh orang tua. Semua akan disimpan dalam memory dan menjadi modul alami sebagai pedoman kehidupannya.
Kita memang tak bisa menyangkal bahwa keberadaan balita yang membawa kebahagiaan rumah tangga sekaligus menjadi berkah kerepotan sebagai orang tua.
Apalagi di masa pertumbuhan, seluruh anggota tubuhnya bergerak dinamis searah perkembangan fisik maupun non fisik.
Sehingga keberadaan anak seringkali menjadi pemicu sebuah masalah bila orang tua kurang menyadari kondisinya.
Beberapa orang yang memiliki kemampuan memadahi menyerahkan pengasuhan anak pada art atau baby sitter, bahkan ada yang menyerahkan kepada tempat penitipan anak saat ditinggal bekerja .
Ada anak-anak yang berada dalam pengasuhan orang tua secara langsung. Karena ibu memang berada di rumah, dan hanya ayah yang bekerja. Atau ayah bekerja di luar, ibu bekerja di rumah berjualan makanan, membuka warung , atau bisnis online.
Jaman serba canggih, ibu juga ingin eksis bermedia sosial dengan kawan-kawan yang lain. Sehingga selain mengerjakan pekerjaan rumah yang menumpuk dan tak ada habisnya, ibu juga butuh hiburan melalui gawai yang dimilikinya.
Dari sini masalah mulai muncul. Anak melihat kegiatan orang tua dalam memainkan gawai. Orang tua terkadang juga mengambil jalan pintas memamerkan apa yang ada di dalam gawai kepada anak. Sehingga secara otomatis anak akan mahir menggulir layar, menonton apapun yang ada di gawai.
Game, kartun, gambar-gambar lucu, YouTube , adalah hal yang lazim yang sangat disukai anak-anak.
Karena seringnya bermain gawai, Â anak-anak bahkan ada yang sangat mahir memainkan adegan video tiktok yang ditontonnya. Padahal umurnya belum genap 2 tahun.
Saya juga memiliki seorang keponakan yang menurut saya sudah ketagihan gawai. Orang tuanya memberikan perangkat seluler untuk menenangkan bila di anak rewel. Tak disangka kondisi ini membuat orang tuanya kewalahan. Sebab ia menyukai YouTube, dan bila menonton secara offline maka tidak bisa memilih video yang disukai. Sehingga saat paket data habis, di anak akan menangis sampai kuota data terisi kembali.
Memang pekerjaan rumah jadi ringan sebab si Upik tidak lagi mengganggu. Akan tetapi efek ketagihan anak terhadap gawai jelas sangat membuat orang tuanya kerepotan.
Saya melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana anak ini menangis berteriak histeris ketika gawainya tak mampu mengakses YouTube secara online. Dan dengan sangat terpaksa orang tuanya pergi ke konter terdekat untuk mengisi data kuota internet.
Kalau hanya untuk mengakses media sosial 10GB cukup untuk beberapa bulan. Tapi bila untuk menonton YouTube, apalagi secara terus menerus juga akan menghabiskan banyak kuota data. Dan 10 GB paling banter akan bertahan dalam waktu 3 hari.
Di masa pertumbuhan, jelas tak baik membiasakan balita menggunakan gawai. Sebab secara psikologis gambar bergerak dengan warna yang menarik dan suara yang terdengar lucu di telinga balita pasti akan mempengaruhi jiwanya. Sebab seorang balita belum mempunyai cara untuk mengontrol diri. Dan efek terburuk ia akan menirukan bahkan meminta  apapun yang dilihatnya.
Lalu dapatkah orang tua disalahkan bila balita kecanduan gawai?
Peran orang tua sangat penting dalam mengontrol semua kegiatan anak-anak terutama balita. Jadi sebaiknya orang tua tidak serta-merta menyerahkan semuanya pada gawai. Orang tua harus bijaksana dalam memilihkan aktifitas yang baik dan pisitif kepada balita. Sebab sekali diperihatkan, seorang balita akan mereknya dalam memori sebaagai sebuah kebutuhan.
Kita pasti punya cara untuk mendiamkan balita selain dengan gawai. Waktu yang tersedia sudah selayaknya dibagi kepada balita agar mereka mendapatkan perhatian lebih dari orang tua.
Bagi mereka yang berada di rumah, tak apalah tempat berantakan, baju suami belum diseterika, atau belum memasak apapun. Yang penting  si balita bisa tenang.  Dan kita tidak perlu membiasakan balita bermain gawai. Karena ini adalah kebiasaan buruk yang menimbulkan kecanduan.
Mungkin orang tua tidak perlu membelikan paket data karena di rumah sudah ada jaringan Wi-Fi. Tapi ini justru makin membahayakan tumbuh kembang balita, karena adanya akses tak terbatas dan tak perlu kawatir kehabisan kuota .
Dan bila balita sudah kecanduan gawai, maka tak seorang pun bisa mencegahnya.
Makanya sebelum terlambat cegah kebiasaan memberikan gawai pada anak.
Alihkan dengan berbagai permainan yang merangsang saraf sensorik dan saraf motorik agar mereka bisa berkembang secara wajar dan bisa mengeksplore semua kemampuannya secara alami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H