Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nestapa Buruh di Hari Buruh

1 Mei 2020   20:29 Diperbarui: 1 Mei 2020   20:23 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari buruh tahun ini sepertinya memang menyisakan nestapa yang  teramat dalam.

Di saat ekonomi makin sulit dan beban kebutuhan makin menghimpit, gelombang pemutusan hubungan kerja seperti tak pernah berhenti memberangus kehidupan para buruh.

Banyak perusahaan yang secara sepihak memberhentikan hubungan kerja para buruh dengan alasan corona.  Padahal kalau dlilihat produksinya tetap berjalan,  nilai eksport juga meningkat, tapi karena ada pandemi banyak perusahaan yang  latah memberhentikan para karyawan.

Jepy (29), adalah seorang ibu muda Yang berasal dari kota Semarang. Saat ini bekerja di sebuah perusahaan garmen di kawasan pelabuhan Semarang di bagian Checking pasca produksi.

Rekan-rekan Jepy sudah secara bertahap diberhentikan oleh perusahaan  sejak awal februari 2020 lalu.  Dan secara bertahap gelombang pemutusan kerja ini berlangsung setiap minggu,  8-10 orang diberhentikan.  
Konon pemutusan hubungan kerja ini akan terus berlangsung sampai Juni 2020 nanti.

Jepy mengaku,  ia dibayar sesuai UMR kota Semarang dengan total gaji 3.700.000 tiap bulan dengan masa libur 2 kali.

Ia memiliki seorang anak yang  tahun ini masuk usia SD.  Sementara suaminya bekerja secara serabutan.  Pendapatan kurang dari 3 juta itu harus ia bagi setiap bulan untuk semua keperluan hidupnya.  

Makan,  bayar kontrakan,  biaya listrik , air,  serta transportasi pulang pergi ke pabrik.

Beberapa minggu terakhir ini,  Jepy sudah dirumahkan secara begantian dengan rekan-rekan kerjanya.  Satu minggu masuk, satu minggu libur.  Dan kelompok-kelompok Yang digilir masuk dan libur ini,  pada akahirnya diberhentikan secara total oleh perusahaan.  

Menurut informasi, perusahaan tempat Jepy bekerja akan memindahkan area produksinya ke Ungaran.  Dan perusahaan memilih orang-orang yang  lokasi tempat tinggalnya lebih dekat.  

Padahal di pabrik yang sekarang,  sebagian besar para karyawan berasal dari daerah Semarang bawah,  kabupaten Demak,  dan seputaran daerah Semarang Barat.  Jadi kalau pabrik dipindahkan ke Ungaran,  maka jarak tempuh para karyawan akan semakin jauh.

Para karyawan sebenarnya tidak keberatan untuk pindah tempat bekerja.  Tapi perusahaannya bersikukuh,  bila jarak tempuh dari rumah ke tempat kerja terlalu jauh,  akan menghambat kinerja perusahaan.

Untuk itulah,  perusahaan akan merumahkan sebagian besar karyawan dengan alasan ini.

Jepy mengaku,  ia sudah 6 tahun bekerja di perusahaan  ini. Dan konon perusahaan akan memberhentikan semua karyawan tanpa pesangon. Mereka hanya akan diberi tali asih berupa thr yang jumlahnya tak sebrraoan

Sementara itu Jepy mengatakan bahwa ada sebuah lembaga bantuan hukum yang  akan membantu para karyawan yang di-PHK,  agar bisa memperoleh hak-haknya,  dengan biaya seikhlasnya bila nanti pesangon dikabulkan oleh perusahaan dan bisa cair.

Sebagai buruh,  sepertinya memang dalam posisi tak berdaya, tak memiliki nilai tawar,  bahkan tak punya kekuatan apapun untuk melawan apa Yang sudah menjadi keputusan perusahaan. Mereka berada dalam posisi lemah, dan tak bisa berbuat banyak kecuali menerima nasib.

Hari buruh kali ini menggoreskan duka yang mendalam bagi para buruh.  Gelombang PHK makin masif diberitakan di media daring.  

Dan setelah pemutusan hubungan kerja ini,  yang pasti akan semakin banyak orang kehilangan pekerjaan.

Tak hanya mereka yang awalnya sudah bekerja kemudian di-phk, tapi juga angkatan kerja dari berbagai disiplin ilmu yang baru saja lulus kuliah dan memperoleh gelar sarjana. Sebab lapangan kerja yang tersedia tak sebanding dengan angkatan kerja yang ada .

Selamat Hari Buruh 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun