Hari buruh tahun ini sepertinya memang menyisakan nestapa yang  teramat dalam.
Di saat ekonomi makin sulit dan beban kebutuhan makin menghimpit, gelombang pemutusan hubungan kerja seperti tak pernah berhenti memberangus kehidupan para buruh.
Banyak perusahaan yang secara sepihak memberhentikan hubungan kerja para buruh dengan alasan corona.  Padahal kalau dlilihat produksinya tetap berjalan,  nilai eksport juga meningkat, tapi karena ada pandemi banyak perusahaan yang  latah memberhentikan para karyawan.
Jepy (29), adalah seorang ibu muda Yang berasal dari kota Semarang. Saat ini bekerja di sebuah perusahaan garmen di kawasan pelabuhan Semarang di bagian Checking pasca produksi.
Rekan-rekan Jepy sudah secara bertahap diberhentikan oleh perusahaan  sejak awal februari 2020 lalu.  Dan secara bertahap gelombang pemutusan kerja ini berlangsung setiap minggu,  8-10 orang diberhentikan. Â
Konon pemutusan hubungan kerja ini akan terus berlangsung sampai Juni 2020 nanti.
Jepy mengaku, Â ia dibayar sesuai UMR kota Semarang dengan total gaji 3.700.000 tiap bulan dengan masa libur 2 kali.
Ia memiliki seorang anak yang  tahun ini masuk usia SD.  Sementara suaminya bekerja secara serabutan.  Pendapatan kurang dari 3 juta itu harus ia bagi setiap bulan untuk semua keperluan hidupnya. Â
Makan, Â bayar kontrakan, Â biaya listrik , air, Â serta transportasi pulang pergi ke pabrik.
Beberapa minggu terakhir ini, Â Jepy sudah dirumahkan secara begantian dengan rekan-rekan kerjanya. Â Satu minggu masuk, satu minggu libur. Â Dan kelompok-kelompok Yang digilir masuk dan libur ini, Â pada akahirnya diberhentikan secara total oleh perusahaan. Â
Menurut informasi, perusahaan tempat Jepy bekerja akan memindahkan area produksinya ke Ungaran.  Dan perusahaan memilih orang-orang yang  lokasi tempat tinggalnya lebih dekat. Â