Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ilmu Titen Orang Jawa dalam Pengasuhan Bayi

13 April 2020   22:23 Diperbarui: 13 April 2020   22:20 3618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka jaman dulu orang tua yang mampu sering  mengadakan selamatan berupa sega gudangan  yang  dimakan oleh anak-anak kecil di lingkungan. Sebagai upaya meminta kepada Yang Maha Kuasa melalui panuwunan berupa nasi bancakan. Konon keceriaan anak-anak saat menikmati sega gudangan diyakini menjadi doa keselamatan bagi si bayi. Tak jarang di bawah daun pisang sebagai alas sega gudangan ditaruh uang recehan yang  diperebutkan oleh anak-anak.

Unsur alam berupa tanah air dan udara menyatu dan melindungi si bayi dari mara bahaya dengan selamatan sega gudangan yang  diadakan setiap hari pasaran.

Selain itu pada jaman dahulu,  anak bayi diberi gelang atau kalung dari dingo bengle,  semacam rempah yang berbau harum.  Konon kalung dan gelang ini memiliki aroma magis yang  bisa menolak balak segala gangguan yang tak terlihat.  Sebab kalung dan gelang dingo bengle ini menjadi semacam penanda bahwa si jabang bayi benar-benar berada dalam pengasuhan orang tua yang  bertanggung jawab, sehingga tidak perlu diganggu.

Orang jaman dulu sangat berhati-hati saat mereka memiliki bayi.

Orang tua si bocah  harus berani prihatin tidak memakan makanan yang  amis-amis agar luka saat melahirkan cepat pulih. Serta memberi makanan tambahan berupa sayur berwarna hijau tua seperti bayam,  mbayung atau daun kathu. Serta memberikan banyak camilan berupa kacang-kacangan agar ASI nya lancar.

Orang  tua dari ibu bayi memberinya lauk tempe bakar dalam beberapa hari,  menorehkan pilis di jidat ibu  bayi,  dan menjaga agar bayi tetap dalam keadaan hangat. Sebab seorang bayi lebih kuat menahan hawa panas daripada hawa dingin.

Selain itu,  saat menengok bayi para tamu juga duanjurkan untuk  membasuh tangan dan kaki,  dan isyarat menendang ke dapur sebagai upaya menyingkirkan rereget yang ikut.

Pada jaman dulu,  bayi belum boleh dibawq keluar rumah kalau umurnya belum genap selapan (35 hari)  sebagai upaya melindungi bayi yang  masih rentan untuk tidak terkontaminasi dengan dunia luar.

Dan saat keluar rumah harus tetap menjaga kehangatan si bayi.  Menggunakan jarik yang  bisa melindungi dengan sempurna,  memakaikan baju hangat, topi bayi,  dan kaus kaki.

Konon seorang bayi yang  diperlakukan standar dengan kebiasaan ilmu titen  orang jawa,  akan tumbuh menjadi anak yang sehat dan tidak mudah sakit.

Saat ini kebiasaan orang tua jaman dulu sudah banyak ditinggalkan.  Orang mengasuh bayi seperti mengasuh anak yang sudah besar.  Memberinya segala jenis makanan yang  diinginkan,  bahkan membawa anak-anak bayi mereka ke pekuburan,  pesta perkawinan,  bahkan jalan-jalan ke tempat terbuka tanpa perlindungan maksimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun