Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Melihat Penanganan Pandemi Covid-19 di Ekuador Membuat Kita Merasa Bersyukur Tinggal di Indonesia

9 April 2020   22:38 Diperbarui: 10 April 2020   00:54 1579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah jenasah diletakkan begitu saja di depan gedung pemerintah.  Ilustrasi kompas.com

Melihat penganan wabah corona di Ekuador,  rasanya sangat miris dan takut.  Jenasah manusia terinveksi virus corona digeletakkan begitu saja di pinggir-pinggir jalan selama beberapa hari karena pemerintah sudah kewalahan menangani.

Peti mati di seluruh negeri sudah habis persediaan, sehingga jenasah yang terpapar virus hanya diletakkan dalam kardus,  itu pun harus menunggu antrian untuk dikuburkan.

Saat ini, Ekuador mengumumkan hampir 3.500, tepatnya 3.465, kasus positif virus corona, dengan korban meninggal mencapai 172 orang. 

Bahkan di televisi dikabarkan,  berderet antrian panjang jenasah menunggu giliran untuk dikremasi tanpa upacara,  sehingga bau menyengat merebak ke mana-mana. Padahal seyogyanya  orang yang  sudah meninggal harus segera dikuburkan atau dikremasi mengingat setelah meninggal seseorang akan mengalami proses pembusukan jasad yang  efeknya sangat berbahaya bagi kesehatan.

Apalagi saat kematian disebabkan oleh virus, menyebabkan virus keluar mencari inang baru untuk hidup dan berkembang.

Di Indonesia,  meskipun banyak kebijakan untuk mengantisipasi penyebaran virus corona dirasa sangat  memberatkan dari sisi ekonomi,  akan tetapi penanganan jenasah dan pasien positif corona sudah sesuai dengan protokol standar yang  diterapkan WHO.

Jenasah corona dimasukkan peti standar dengan tebal minimal 3cm,   dilapisi dengan plastik pengaman,  dan para penyelenggara penguburan menggunakan APD lengkap. Itu pun di beberapa wilayah masih ada yang  protes.

Bahkan para pasien corona yang  positif covid -19 telah dikarantina di rumah-rumah sakit pemerintah,  dan rumah sakit yang  ditunjuk untuk menangani. Sementara posko penanganan sementara untuk mendeteksi  awal gejala  sudah tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Sementara para dokter dan perawat  dikerahkan menangani corona agar tak tersebar semakin meluas.

Bahkan untuk ini, pemerintah telah melakukan refocusing,  mengalihkan berbagai anggaran untuk penanganan corona.  Termasuk memotong gaji para pejabat,  anggota dpr,  dan para ASN.

Itupun masih membuat angka yang terjangkit setiap hari tetap menunjukkan peningkatan.

Bahkan hari ini ini sudah menginjak angka 3293 positif dan  280 pasien meninggal.

Bahkan kota Semarang,  khususnya kecamatan Tembalang tempat kami bermukim,  berada di urutan 1 terbanyak di seluruh kota Semarang dengan total pdp 61 orang.

Tapi apapun kondisinya,  penanganan corona di Indonesia tetap lebih baik daripada Ekuador.

Jangankan Indonesia,  Arab Saudi saja Yang sudah mendului melakukan lockdown total dan menutup Ka'bah,  korban corona tetap berjatuhan di sana.

Sebenarnya kalau mau pemerintah bisa melakukan  Herd immunity  agar ada proses alamiah di mana kekebalan kelompok akan terbentuk sehingga mengambat penyebaran virus dan melindungi kelompok lain yang lebih rentan. Karena vaksin corona belum juga ada maka Herd immunity  yang bisa diandalkan sehingga pada akhirnya hanya akan tersisa 1/3 populasi yang benar-benar immun dan kuat.

Saya bertemu dengan seorang perawat yang  bertugas di ruangan ICU sebuah rumah sakit pemerintah di Semarang.  Ia mengatakan bahwa tujuan para pasien covid-19 dirawat bukan sebagai cara menyembuhkan, akan tetapi lebih sebagai upaya perawatan dan pencegahan agar virus corona tidak menyebar.

Adapun pasien yang  sembuh biasanya orang yang  memiliki daya imunitas lebih kuat dan tidak menderita penyakit bawaan sebelumnya,  seperti darah tinggi, penyakit paru, jantung,  atau kanker.

Maka kita yang terlihat masih sehat sudah semestinya tunduk pada protokol kesehatan sebagaimana rekomendasi WHO dengan selalu cuci tangan,  jaga kesehatan,  keluar rumah menggunakan masker,  dan melakukan pishical distancing agar terhindar dari paparan virus.

Sekali lagi,  yang  terjadi di Ekuador layak menjadi pelajaran berharga bagi kita,  bahwa pemerintah kita saat ini sedang serius dan berusaha keras agar masyarakat Indonesia keluar dari krisis yang mendunia berupa wabah corona. 

Kita patut bersyukur  tinggal di Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun