Menarik apa yang  disampaikan oleh Yuval Noah Harari dalam Homo Deus (2018) bahwa salah satu ancaman terbesar bagi ras manusia saat ini adalah virus-virus baru yang tak diketahui dari mana asalnya.
Saat ini hewan terdesak oleh manusia, mereka berebut tempat dengan manusia. Sehingga alokasi modal alam untuk binatang diambil oleh manusia. Saat itulah semua sistem ekologi saling terhubung,  satu mata rantai dalam siklus hewan yang  terputus memukul balik tanpa ampun kepada manusia
Pandemi  global covid-19 sudah semestinya menjadi titik balik bagi para pemimpin dunia untuk sejenak menanggalakan mitos pertumbuhan sesat atas asas business as usual.Â
Sebab munculnya korban  secara global ada  dengan 1 juta kasus di seluruh dunia dengan jumlah kematian sebanyak 46.923. Sebagaimana dilansir oleh kompas.com, bukanlah statistik belaka.Â
Mereka adalah korban kerakusan sistem produksi kapitalisme dan konsumerisme secara gila-gilaan di seluruh dunia.Â
Ini adalah moment yang  tepat sebagai manusia untuk menyisih sejenak dari sebuah keganasan alam, agar alam bawah sadar  sebagai ras manusia bisa mengendap.Â
Ada kabar tersiar untuk memuluskan percepatan omnibus law, Â pemerintah sedang "bisik-bisik mesra" dengan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional
Undang-undang sapu jagat ini diyakini sebagai penopang  sumber  percepatan pertumbuhan ekonomi berbasis industri, dan cara cepat untuk meningkatkan pendapatan negara.Â
Pro-utang, pro-modal, Â adalah watak regulasi ini yang implikasinya langsung kepada sumber daya alam. Dan jika omnibus law tetap dilaksanakan maka akan terjadi lagi antara ketegangan manusia dengan alam
Watak regulasi ini adalah pro-modal dan pro-utang, yang berimplikasi langsung pada sumber daya alam. Jika omnibus law tetap dilaksanakan, sumber daya alam kembali akan diusik serta ketegangan antara manusia dan alam kembali menguat.
Saat wabah corona, omnibus law berjalan tanpa koreksi, sebab semua mata tertuju pada proses penanggulangan wabah. Â Dan ini akan menghancurkan manusia dari struktur kelas rendah dan negara terlemah.Â