Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Antisipasi Dampak Covid-19, Kesalehan Sosial Lebih Penting dari Kesalehan Pribadi

19 Maret 2020   11:35 Diperbarui: 20 Maret 2020   23:14 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemilik pondok pesantren Daarut Tauhid Abdullah Gymnastiar membersihkan masjid bersama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kamis (19/3/2020). (Humas Pemprov Jabar via KOMPAS.com)

Menarik untuk dibaca dan dipahami Fatwa Ulama MUI terkait dengan merebaknya virus corona di Indonesia.

Banyak hal yang benar-benar harus dicermati terkait ibadah umat Islam yang sebagian besar harus dilakukan berjamaah, akan tetapi karena satu hal, harus dilakukan secara sendiri-sendiri.

Ibadah berjamaah memang sangat dianjurkan. Meskipun pada dasarnya manfaat ibadah kembali kepada diri sendiri, akan tetapi berjamaah akan menjadi nilai tambah dan bobot timbangan ibadah.

Satu pahala untuk ibadah sendiri, dan 27 derajat pahala untuk berjamaah.

Sholat berjamaah rawatib 5 waktu, sholat jumat, sholat Hari Raya Iedul Fitri dan Iedul Qurban, adalah ibadah sholat berjamaah yang lazim dilakukan. Masing-masing sholat sudah diatur secara rinci mengenai syarat rukun dan kaifiyahnya.

Anjuran sholat berjamaah ditetapkan sebagai salah ibadah yang bersifat sunnah mu'akkadah, sunnah yang dikukuhkan dengan berbagai teks baik dalam Alquran maupun hadits sebagai dasar hukumnya.

Sholat berjamaah memberi manfaat teramat besar bagi umat Islam secara keseluruhan. Sebab sholat berjamaah memberikan manfaat multi dimensi bagi para para pengamalnya.

Hubungan hablumminannas karena bertemu dengan saudara-saudara seiman dan hablumminallah karena menghadap Sang Khalik sebagai bukti konkret penghambaan makhluk terhadap Sang Pencipta.

Kalau sholat sendiri, kesalahan akan dihitung sebagai sebagai sebuah kesalahan. Akan tetapi sholat berjamaah semua kesalahan lebur menjadi pahala karena satu sama lain saling melengkapi untuk saling menyempurnakan.

Orang yang tidak sempurna sholatnya ibarat kerikil dalam beras, dan saat melakukannya dengan berjamaah, maka ibadahnya akan ditimbang dan dihargai sebagai beras. Itu semua adalah manfaat sholat secara berjamaah.

Hari ini seluruh dunia panik dengan merebaknya virus corona, sehingga semua penyelenggara negara mengambil langkah strategis untuk mengambat, mencegah, dan mengusir keberadaan virus tersebut dengan berbagai cara.

Lockdown, isolasi, status KLB, dan anjuran yang bersifat umum untuk mencegah penyebaran virus dan memotong rantai penyebarannya.

Larangan utama adalah melakukan perkumpulan, tidak berkerumun, dan menghindari berbagai interaksi dengan orang lain. Juga anjuran hidup sehat dan sering mencuci tangan.

Selain anjuran untuk tidak beraktivitas dengan kelompok massa dalam jumlah besar, juga menghentikan semua kegiatan yang berhubungan dengan banyak orang.

Semisal tidak berwisata, tidak mengadakan pertandingan-pertandingan, sosial distancing dengan mengerjakan tugas di rumah, serta bagi pelajar untuk tetap belajar di rumah.

Kondisi semacam ini juga nyaris mengubah dan menghentikan seluruh kegiatan umat bergama. Terlebih mereka yang secara jelas telah terpapar virus. Harus lebih berhati-hati jangan sampai menularkan.

Lihat perubahan yang terjadi pada tata cara peribadatan seluruh umat beragama akibat wabah corona di sini. Umat Islam di Indonesia benar-benar merasakan dampaknya.

Pembatasan untuk berkumpul dalam berinteraksi ketika melaksanakan ibadah memang secara tidak langsung membuat kecewa banyak orang. Sebab penurunan aktivitas secara bersama-sama membuat dampak signifikan dalam berbagai aspek kehidupan.

Laporan dari Mas Dwi pegawai penyelenggara perjalanan wisata ziarah mengatakan bahwa bulan ini nyaris tidak ada satupun pelanggan yang menggunakan jasanya.

Hampir semua tempat wisata ziarah ditutup di seluruh Jawa, untuk mengantisipasi menyebarnya virus corona. Padahal menjelang Ramadhan tiba, biasanya orderan datang silih berganti.

Kita juga bisa membayangkan bagaimana kondisi para pelaku dan penyelenggara wisata di daerah-daerah, mereka pasti merasakan imbasnya juga.

Sementara itu di lingkungan saya, azan tetap berkumandang saat tiba sholat 5 waktu. Tapi para jamaah tetap menjaga diri.

Bagi mereka yang sehat tetap jalan untuk melaksanakan sholat berjamaah. Sedangkan yang merasa dirinya sakit atau kurang fit harus menerima untuk sholat di rumah, karena yang sakit lebih rentan terpapar virus daripada yang sehat.

Menerima kondisi di saat genting dalam beribadah adalah bagian daripada ibadah juga. Sebab perintah agama yang dilaksanakan tanpa menggunakan akal secara rasional akan mengakibatkan kemudharatan.

Kejadian jamaah tabligh akbar Malaysia yang terpapar corona, mungkin patut dijadikan pelajaran. Keyakinan memang tidak bisa dipertentangkan dengan realitas. Memang semua kehendak Allah, tapi manusia punya akal budi sebagai modal untuk memilih mana yang bermanfaat dan mana yang mengundang mudharat.

Seperti yang terjadi di Gowa Sulawesi Selatan, umat dari 46 Negara berkumpul untuk melaksanakan Ijtima'. Mereka sudah datang di tengah situasi Indonesia darurat corona.

Kita juga belum mendengar apakah saudara-saudara yang tinggal di asrama, pondok pesantren, seminari, panti asuhan, atau mereka yang sedang berkumpul untuk belajar juga diliburkan? Mengingat anjuran untuk tidak berkerumun dan menghindari kerumunan juga bersifat umum.

Akhirnya dalam satu kesimpulan saya hanya bisa menyebut bahwa wabah corona memang layak untuk mendapatkan perhatian secara serius mengingat efek berkelanjutan yang terus menimbulkan kematian.

Kesalehan sosial dan menjaga stabilitas kehidupan memang harus lebih diutamakan daripada kesalehan pribadi. Sebab ibadah berjamaah yang bisa menimbulkan mudharat masih bisa diganti dengan ibadah secara pribadi.

Kita semua memiliki harapan yang sama, agar Indonesia bisa segera pulih dari keterpurukan berbagai bidang akibat corona yang terus meradang. Tapi perlawanan ini memang harus tetap dilakukan secara bersama-sama.

Terima semua kondisi secara bersama dan redam penyebaran dengan berbagai cara. Antara lain dengan menghindari kerumunan orang, apapun bentuknya.

Wasalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun