Lockdown, isolasi, status KLB, dan anjuran yang bersifat umum untuk mencegah penyebaran virus dan memotong rantai penyebarannya.
Larangan utama adalah melakukan perkumpulan, tidak berkerumun, dan menghindari berbagai interaksi dengan orang lain. Juga anjuran hidup sehat dan sering mencuci tangan.
Selain anjuran untuk tidak beraktivitas dengan kelompok massa dalam jumlah besar, juga menghentikan semua kegiatan yang berhubungan dengan banyak orang.
Semisal tidak berwisata, tidak mengadakan pertandingan-pertandingan, sosial distancing dengan mengerjakan tugas di rumah, serta bagi pelajar untuk tetap belajar di rumah.
Kondisi semacam ini juga nyaris mengubah dan menghentikan seluruh kegiatan umat bergama. Terlebih mereka yang secara jelas telah terpapar virus. Harus lebih berhati-hati jangan sampai menularkan.
Lihat perubahan yang terjadi pada tata cara peribadatan seluruh umat beragama akibat wabah corona di sini. Umat Islam di Indonesia benar-benar merasakan dampaknya.
Pembatasan untuk berkumpul dalam berinteraksi ketika melaksanakan ibadah memang secara tidak langsung membuat kecewa banyak orang. Sebab penurunan aktivitas secara bersama-sama membuat dampak signifikan dalam berbagai aspek kehidupan.
Laporan dari Mas Dwi pegawai penyelenggara perjalanan wisata ziarah mengatakan bahwa bulan ini nyaris tidak ada satupun pelanggan yang menggunakan jasanya.
Hampir semua tempat wisata ziarah ditutup di seluruh Jawa, untuk mengantisipasi menyebarnya virus corona. Padahal menjelang Ramadhan tiba, biasanya orderan datang silih berganti.
Kita juga bisa membayangkan bagaimana kondisi para pelaku dan penyelenggara wisata di daerah-daerah, mereka pasti merasakan imbasnya juga.
Sementara itu di lingkungan saya, azan tetap berkumandang saat tiba sholat 5 waktu. Tapi para jamaah tetap menjaga diri.