Islak tangis terdengar dari mulai jenasah dimandikan, Â dikafani, Â disholatkan di masjid, Â dan dimakamkan.
Sepulang dari makam ibunya Inosh  bercerita bahwa sudah hari ketiga ini anaknya demam.
Hari pertama demam, Inosh dibawa ke dokter langganan keluarga. Ibunya Inosh merasa tenang karena  setelah diberi minum obat penurun panas, suhu tubuh Inosh normal kembali.  Bahkan dihari kedua Inosh masih bisa berlarian dengan teman sebayanya.
Tapi malam hari, Â tubuh inosh menggigil, Â dan badannya muncul bintik-bintik merah. Ayah Inosh berencana membawa Inosh ke dokter esok pagi sekalian berangkat ke kantor.
Tapi takdir berkata lain,  Inosh menghembuskan nafas yang  terakhir sebelum sampai di rumah sakit.
Sejak kejadian itu keluarga ini makin waspada dan berhati-hati.  Anaknya baru panas sedikit saja langsung diperiksakan ke dokter,  karena kawatir kalau  yang terjadi pada almarhum Inosh terulang lagi.
Ini juga peringatan bagi kita semua, Â sebab DBD menyerang tak mengenal umur. Â Bisa saja orang dewasa terkena, Â apalagi anak-anak lebih rentan.
Tugas kita sekarang  adalah saling menjaga diri dan keluarga masing-masing.  Hidup sehat dan memastikan tempat tinggal kita bebas dari nyamuk pembawa virus DBD.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H