Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kenali Gejala DBD dan Jangan Terlambat Menangani

12 Maret 2020   01:02 Diperbarui: 12 Maret 2020   01:03 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan  Senang Dulu bila Keluarga Anda Setelah Demam Mengalami Penurunan Suhu Badan

Wabah demam berdarah yang terjadi di NTT mengingatkan saya pada sebuah peristiwa menyedihkan 8 tahun yang lalu.

Akibat orang  tua kurang memahami situasi,  membuat sebuah keluarga harus kehilangan anak kesayangan mereka.

Jenasah anak lelaki berumur 6 tahun itu nampak lemas dalam pangkuan,  saya yang memandikannya dibantu para tetangga.

Inosh,  anak kecil berusia 6 tahun ini sekarat di tempat tidurnya, saat seluruh anggota keluarganya sedang menyibukkan diri untuk persiapan kegiatan pagi.

Ayahnya sedang mandi,  ibunya sedang menyiapkan sarapan,  dan ketiga kakaknya sudah berdandan rapi hendak berangkat sekolah,  menunggu sarapan siap.

Keluarga ini rumahnya dekat dengan tempat tinggal saya. Sehingga celoteh bocah-bocah dari rumah keluarga itu setiap pagi  terdengar dari rumah kami.

Pagi itu terdengar suara jeritan keras dari rumah itu. Suara perempuan terdengar menjerit dengan histeris, gugup dan bingung tanpa bisa berbuat apa-apa.


Saya mendekat ke rumah keluarga itu dengan masih  mengenakan sarung.  Terlihat Inosh sekarat,  matanya melotot dengan suara dengkuran keras.  Saya buru-buru memanggil tetangga yang  lain.  Lalu seorang tetangga mengeluarkan mobil dan membawanya ke rumah sakit.

Sampai di rumah sakit,  Inosh sudah tidak bergerak sama sekali.  Kata dokter yang  merawatnya kadar trombosit di tubuh Inos sudah di bawah minimal sehingga nyawanya tak dapat diselamatkan lagi.
Akhirnya jenasah Inosh dibawa pulang kembali menggunakan ambulance.

Pagi itu yang  hadir di rumah duka hampir semuanya menangis, tak mampu menahan haru, termasuk saya

Islak tangis terdengar dari mulai jenasah dimandikan,  dikafani,  disholatkan di masjid,  dan dimakamkan.

Sepulang dari makam ibunya Inosh  bercerita bahwa sudah hari ketiga ini anaknya demam.
Hari pertama demam, Inosh dibawa ke dokter langganan keluarga. Ibunya Inosh merasa tenang karena  setelah diberi minum obat penurun panas, suhu tubuh Inosh normal kembali.  Bahkan dihari kedua Inosh masih bisa berlarian dengan teman sebayanya.

Tapi malam hari,  tubuh inosh menggigil,  dan badannya muncul bintik-bintik merah. Ayah Inosh berencana membawa Inosh ke dokter esok pagi sekalian berangkat ke kantor.

Tapi takdir berkata lain,  Inosh menghembuskan nafas yang  terakhir sebelum sampai di rumah sakit.

Sejak kejadian itu keluarga ini makin waspada dan berhati-hati.  Anaknya baru panas sedikit saja langsung diperiksakan ke dokter,  karena kawatir kalau  yang terjadi pada almarhum Inosh terulang lagi.

Ini juga peringatan bagi kita semua,  sebab DBD menyerang tak mengenal umur.  Bisa saja orang dewasa terkena,  apalagi anak-anak lebih rentan.

Tugas kita sekarang  adalah saling menjaga diri dan keluarga masing-masing.  Hidup sehat dan memastikan tempat tinggal kita bebas dari nyamuk pembawa virus DBD.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun