Menikah memang membutuhkan keberanian. Â Untuk menentukan langkah dalam mengambil keputusan. Â Yang terpenting yakin dulu, Â soal rejeki sudah ada yang mengatur.
Hari ini banyak yang  menunda waktu menikah.  Menunggu punya rumah dulu,  punya kendaraan dulu,  berkarir dulu,  punya ini itu dulu,  sampai tak terasa bahwa usia sudah di ambang batas maksimal dan belum dapat jodoh juga. Sehingga makin bingung menentukan langkah. Â
Lalu mereka  mengkampanyekan gerakan "jomblo happy", biar jomblo asal bahagia.  Kalau menurut  saya ptibadi ini kebahagiaan macam apa yang dicari?
Jangan-jangan virus menjomblo ini niru-niru juga sama adat orang jepang. Â Karena takut menghadapi kehidupan mereka takut menikah. Â Bahkan rela bekerja 13 jam sehari agar bisa memenuhi kebutuhan.
Tapi hasrat birahi manusia memang tidak bisa dicegah, Â sehingga dibuatlah sex toys maupun robot sex sebagai pelampiasan nafsu. Â Bahkan orang-orang tua di jepang melampiaskan kasih sayang mereka pada binatang peliharaan karena tak punya cucu.
(Kaskus/7 alasan orang jepang betah menjomblo)
Konon di Jepang angka kelahiran mulai menurun.  Bahkan cenderung masif. Sehingga  saat ada keluarga hamil biayanya akan disubsidi pemerintah bahkan nilainya mencapai 36,7 juta untuk setiap wanita hamil (liputan6)
Bisa dibayangkan bila kondisi ini menimpa warga Indonesia. Â Orang-orang sudah terbiasa hidup sendiri. Â Hasrat seksual dilampiaskan ke sex toys atau robot sex.
Yang jelas pak Naib akan kehilangan pekerjaan karena tidak ada yang  menikah.  Para wedding organizer juga sepi job karena tak ada hajatan, termasuk pengusaha catering tukang dekor, juga akan yang banyak yang menganggur. Â
Lebih parah lagi sekolah-sekolah akan kehilangan murid. Â Paud, Â TK, Â SD, Â SMP, Â SMA sampai perguruan tinggi mungkin juga akan kosong karena tak ada siswa. Lah bagaimana mau ada siswa kalau warganya sudah tidak mau melahirkan?
Tapi  untunglah masyarakat Indonesia masih peduli dengan kelahiran. Bahkan banyak bayi dibuang karena lahir tak dikehendaki.  Pemerintah juga menggelontorkan program Keluarga Berencana untuk mengendalikan kelahiran. Â
Kembali ke soal keberanian menikah.  Sebagai manusia beragama kita tak perlu kawatir  akan rejeki.  Sebab semua sudah diatur sang pencipta.  Dan manusia tinggal menjalaninya. Â