Menikah adalah gerbang awal sebuah kemandirian. Sebagai bagian dari proses kehidupan yang harus dijalani. Â Karena setiap manusia akan membangun peradaban sesuai jalur keluarga masing-masing yang terbentuk dari sebuah proses pernikahan.
Setelah menikah, Â sebuah pasangan butuh privasi untuk semua kegiatannya sebagai suami istri. Â Sebab mereka juga membutuhkan keperluan sehari-hari secara mandiri tanpa bergantung dengan orang tua lagi. Â Orang tua mungkin bisa membantu satu dua hari, Â tapi setelah itu semua urusan menjadi tanggung jawab sendiri.
Memang terkadang situasi seperti tak terkendali, Â karena biasanya orang tua yang melayani, Â tapi karena sudah menikah jadilah orang lain sebagai suami/istri yang menjadi pengganti.
Baca juga: Usia 30+ Belum Menikah, 2 Opsi Ini Bisa Jadi Pilihan
Siapa nih diantara K-Ner yang begitu menikah langsung memisahkan diri?
Atau sementara tinggal bersama mertua saat semuanya belum siap?
Saya termasuk yang menumpang di rumah mertua sebab tempat tinggal baru memang belum siap.
Tempat yang terbatas dan dihuni oleh banyak keluarga itu sungguh tidak nyaman. WC dan kamar mandi rebutan, Â ruang tamu juga rebutan saat masing-masing kedatangan tamu.
Dapur jadi satu juga terkadang menjadi embrio pertengkaran. Â Minyak goreng, telur, Â atau masakan yang hilang bisa jadi bahan caci maki tak berkesudahan.
Baca juga: Siap Menikah atau Karier di Usia 25
Akhirnya saya berani mengambil jalan, berpisah dengan keluarga untuk belajar hidup dalam kemandirian. Meskipun semua dirasa pas-pasan tapi terasa lebih nyaman karena penuh kebebasan. Â Dan tak ada yang menekan.
Berani menikah, berarti siap hidup mandiri. Bertanggung jawab sendiri dengan segala keadaan. Bahkan orang tua pun tak perlu dikabari saat kita mengalami goncangan hati. Sebab orang tua juga berharap agar kita bisa menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan.
Hidup mandiri itu sungguh penuh perjuangan. Apalagi jauh dari sanak saudara dan kerabat. Â Kita harus berani memutuskan setiap masalah sebagai proses belajar jadi orang tua. Membesarkan anak, Â menyekolahkan, Â dan membuatnya hidup mandiri seperti kita.
Baca juga: Terobsesi Menikah di Usia 25 Tahun Tanpa Pertimbangan Matang Dapat Berakibat Fatal
Memang hidup ini  penuh  perjuangan.  Dan itu yang akan membentuk kemandirian.  Yang menciptakan keluarga-keluarga tangguh dan pantang menyerah. Menyongsong masa depan lebih baik dan penuh harapan.
Setelah menikahkan anak, Â saya juga merasa kehilangan. Â Satu anggota keluarga yang kini telah membentuk kemandirian. Ia hidup bersama suaminya.
Meskipun sebenarnya tak tega melepaskan, Â tapi itu harus dilakukan, Â karena ia telah menikah. Dan hidupnya menjadi hak suaminya. Â Saya sebagai orang tua hanya bisa memantau dan mengawasi. Â Memberikan nasehat bila diperlukan. Tanpa perlu mencampuri apa yang mereka lakukan.
Karena menikah itu sebuah pilihan, Â dan berani menikah berarti berani mengambil jalan hidup mandiri, Â untuk kejayaan diri dan keturunannya kelak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI