"Ini semua untuk kamu", kata kawan Suzana ramah.
"Nanti setelah jam 8 malam kamu harus sudah berdandan,  pakai baju yang ini, pasti akan kelihatan lebih menarik", kata kawan Suzana  sambil memberikan sebuah rok mini  lengkap dengan dengan kaos yang terlihat transparan.
Ia masih belum faham benar untuk apa ini semua, Â sampai kemudian seorang lelaki mengantarnya ke sebuah hotel.
Di dalam sudah menunggu laki-laki gendut berkulit putih.
Tanpa basa basi, Â lelaki gendut ini menyuruh Suzana membuka bajunya. Â Ia meronta, Â dan menolaknya. Â Tapi laki-laki gendut ini mengatakan, Â "aku sudah membayarmu".
Suzana pasrah. Â Ia diam saja saat laki-laki itu menuntaskan hasratnya.
Lalu seorang laki-laki yang tadi mengantarnya menjemput kembali Suzana kembali ke kamar semula.
Kawannya mengulurkan sejumlah uang sambil mengatakan, Â "mulai besok semua keperluanmu harus kau penuhi sendiri"
Sejak itu, berpuluh laki-laki hidung belang menidurinya tiap malam, bahkan ia sudah tidak bisa menghitungnya lagi.
 Ia korbankan semua harga diri demi menangguk uang untuk keperluan keluarganya di kampung.
Bau busuk mulut laki-laki sudah tak ia hiraukan lagi. Â Akting pura-pura klimaks menjadi hiburan tersendiri bagi para lelaki. Â Bahkan pria-pria mabuk memperlakukannya seperti barang mainan.
Suzana sudah bertekad akan melakukan apapun demi uang.
Tak terasa waktu berjalan. Ia sudah 24 tahun menghuni lokalisasi. Â Umurnya sudah lebih dari 40 tahun. Â Tamu-tamu lebih memilih perempuan yang lebih muda dan menggairahkan daripada dirinya. Ia tersingkir dari persaingan.