Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pilih Hidup Menjanda daripada Cinta Dibagi Dua

6 Februari 2020   00:52 Diperbarui: 6 Februari 2020   00:59 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perempuan mana yang rela dimadu?

Entah mengapa hegemoni laki-laki selalu mengorbankan perempuan. Gaya  yang sok ganteng, sok kaya, sok ramah, sok-sokan, membuat perempuan bertekuk lutut tak berdaya. Tanpa melihat kenyataan sesungguhnya bahwa ia telah punya keluarga.

Sebut saja Rita, kawan dekat istri saya yang tinggal di  lain perumahan ini harus rela menjanda untuk yang kedua kalinya. Setelah pernikahan pertamanya dengan seorang pengusaha gagal  dan meninggalkan 2 orang anak yang menjadi beban hidupnya.

Lalu menikah yang kedua kalinya. Tak berlangsung lama, kisah ini pun berakhir dengan perceraian.

Suami yang kedua ini adalah seorang pegawai perusahaan eksport-import  yang ia  kenal melalui seorang kawan karibnya. Pertemuan pertama mereka telah menumbuhkan benih cinta dan berlanjut ke hubungan serius.

Suaminya adalah duda anak satu, yang tinggal di kota Semarang. Postur tubuhnya yang kekar, dengan pakaian yang selalu rapi seakan menjadi pemikat bagi perempuan manapun yang melihatnya.

Saya bersama istri datang ke Pacitan untuk menyaksikan pernikahan Rita. Pernikahan sederhana yang dihadiri sanak kerabat dan teman-teman terdekat. Istri saya mengalirkan air mata penuh keharuan saat menyaksikan prosesi ijab kabul yang berlangsung sangat cepat.

Sore hari, setelah acara selesai, Rita pun diboyong ke Semarang, bahkan kami satu mobil dengannya.

Menempati rumah kontrakan sederhana, pasangan ini memadu kasih sebagai pengantin baru.

Beberapa saat kemudian kedua anak Rita pun diboyong ke Semarang setelah tahun ajaran baru. Hidup mereka terlihat berkembang baik. Sebuah mobil baru menghiasi garasi rumah mereka. Dan sebuah rumah yang cukup bagus berhasil juga beli.

Kami lama tidak mendengar kabar Rita sampai hampir 5 tahun, kalau saja ia tidak datang ke rumah, pasti saya tak pernah lagi mendengar kabarnya.

"Suamiku diam-diam kawin lagi mbak",  matanya yang belok terlihat sembab.

Rita bisa dikatakan sebagai wanita sempurna. Bentuk tubuhnya ideal. Wajahnya cerah nyaris tanpa noda. Kulit tubunhya putih bersih, bibir tipis dan hidungnya yang mancung sering membuat mata saya tak berkedip. Wkwkwk

Istri saya mencubit pinggang, seperti memberi kode jangan lama-lama memandangnya nanti terkesima.

Sebagai wanita, Rita mempunyai segalanya. Sex apealnya sangat bagus, tapi mengapa suaminya menceraikannya?

Naluri kelaki-lakian saya berontak, saya sempat berkhayal, seandainya saya belum punya istri, saya mau memperistrinya. Saya sih mau mau aja, tapi ia apa mau kawin sama saya?. hahaha

Rita mengaku dia tidak menggunakan alat  kontrasepsi apapun. Tapi entah mengapa Tuhan tidak memberinya anak. Dan itu yang jadi alasan utama suaminya menceraikannya.

Di kantor, sekretaris pribadinya adalah perempuan lajang. Ia berhasil memikat hati suaminya, mendapatkan cinta sekaligus tubuh suaminya.

Saat suami Rita pulang suatu hari, suaminya membawanya ke rumah menemui Rita dengan perut telah menyembul.

Suaminya terang-terangan mengatakan bahwa perempuan itu adalah istrinya yang telah dinikahinya beberapa bulan yang lalu.

Sambil terus sesenggukan, Rita melanjutkan ceritanya.

Rita hanya merasakan bahwa  sumainya terlihat tak lagi ramah seperti biasanya. Pulang ke rumah, mandi sebentar, ganti pakaian, lalu pergi lagi. Kadang tengah malam baru kembali, atau keesokan harinya.

Kopi atau teh yang  Rita buat tak lagi disentuh. Bahkan saat makan malam tiba, Rita menunggunya sambil menahan lapar. Karena biasanya suaminya meminta ia untuk menunggunya untuk menemani makan malam.

Nurani wanitanya terkoyak, ia tidak bisa menerima perlakuan suaminya dan memilih berpisah daripada harus berbagi cinta.

"Lebih baik menjanda lagi mbak, daripada harus dimadu", katanya mengakhiri ceritanya dan kemudian pamit sambil menyelipkan selembar uang ke putri kecil saya.

"Buat sangu sekolah ya?", katanya ramah, kemudian menyalami kami dan menstater motornya.

Kami mengiringi kepergian Rita dengan segudang perasaan sedih. Semoga ia segera mendapatkan jodoh yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun