Kang Karyo memiliki  6 orang anak. 5 laki-laki dan  satu perempuan. Ia menikahi istrinya 14 tahun yang lalu. Istrinya kini memakai cadar demi baktinya pada suami sebagai orang yang bertakwa.
Mbak Mirah nama istrinya ini. Saya faham betul wajah cantiknya saat ia masih bekerja sebagai pembantu rumah tangga di salah satu rumah tetangga kami. Seorang warga keturunan China yang kebetulan memiliki usaha dengan membuka sebuah toko di rumahnya yang cukup besar.
Dulu mbak Mirah saat masih bekerja di toko itu kecantikannya benar-benar terlihat sempurna. Karena rumah kami dekat, istri saya sering cemburu saat saya melihat aktifitas mbak Mirah dari depan rumah.
Kakinya yang indah  dan kulit putihnya seperti menantang mata lelaki yang melihatnya. Wajah ayu dan lembut milik Mbak Mirah dengan rambut pendek yang menampakkan lehernya yang jenjang, selalu saya ingat sampai ia diperistri oleh Kang Karyo.
Istri cantik, sholehah, dan taat pada suami adalah idaman setiap lelaki. Meskipun Kang Karyo hanya bekerja jual beli aki, istrinya selalu menerima semua keadaan ini dengan penuh rasa syukur. Terlebih kang Karyo adalah pria alim yang taat beribadah.
Rukun dan harmonis memang. Bahkan tak pernah terdengar ada pertengkaran di antara mereka.
Sejak menikah keluarga kang Karyo sampai saat ini sudah memiliki 6 orang anak dengan selisih masing-masing anak 2 tahun.
Artinya dua tahun sekali istrinya melahirkan seorang anak.
Usia anak Kang Karyo adalah 13 tahun,11 tahun, 9 tahun, 7 tahun, 5 tahun, 3 tahun dan yang paling kecil belum ada  1 tahun.
Suatu hari anaknya yang terkecil sakit muntaber. Lalu dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Ternyata ia keracunan Asi yang diminumnya. Tanpa disadari ibu si bocah tak lain adalah Mbak Mirah telah hamil 4 bulan. Sehingga air ASI-nya tidak memberikan nutrisi malah sebaliknya menjadi toksin bagi si bocah .
Ibu-ibu di lingkungan yang menengok anaknya di rumah sakit memberikan nasehat supaya mbak Mirah ikut KB atau agar suaminya memakai alat kontrasepsi saat berhubungan intim. Â
"Anake ben ora ndrindil mbak", maksudnya agar tidak terlalu sering melahirkan dan banyak anak mbak ..
Tapi jawabannya sungguh di luar dugaan.
"Saya tidak dapat ijin dari suami bu", jawab mbak Mirah pasrah.
Kang Karyo memang tipe lelaki teguh pendirian. Prinsip banyak anak banyak rejeki masih ia pegang erat.
"Selama masih bisa punya anak, mengapa musti dicegah pak Nawir, anak kan pemberian Allah, lha wong banyak yang tidak bisa punya anak sampai puluhan tahun kok kita yang dikaruniai kemudahan untuk bisa memiliki anak banyak malah dicegah", begitu kata kang Karyo berargumentasi saat kita bertemu di kegiatan kerja bakti di kampung kami.
Bahkan ia pun mengeluarkan dalil tentang "jangan membunuh anak-anakmu karena takut miskin"
Wah.. wah.. kalau sudah berhubungan dengan dalil agama saya menyerah. Sebab saya tidak mau keyakinan seseorang dengan agamanya terusik dan menjadi jarak hubungan tetangga.
Bahkan dengan bangga ia menyampaikan kepada saya bahwa anak-anaknya tak satupun diimunisasi.
"Itu pak Nawir, anak-anak saya tidak ada yang saya imunisasi, nyatanya mereka sehat-sehat saja", katanya sambil menuding ke 4 anknya yang berseliweran sekitar tempat kami mengobrol.
Dan saya pun makin diam. Tidak bereaksi apapun karena kalau saya jawab seperti yang menjadi pedoman saya soal imunisasi takut kang Karyo tersinggung.
Bahkan suatu hari Kang Karyo dalam sebuah obrolan  pernah mengatakan bahwa banyak orang yang hanya  memiliki satu anak, bahkan tidak punya anak sama sekali tetapi tetap miskin dan menjadi beban lingkungan.
Â
 Tapi ada juga orang dengan jumlah anak banyak, mereka terlihat hidup makmur berkecukupan.
Â
Memang di perumahan kami banyak warga yang memiliki anak lebih dari 7. Bahkan ada yang bisa memiliki anak 13 orang. Dan mereka memang orang-orang yang bisa dikatakan sebagai tokoh masyarakat yang ekonominya memang mapan.
Memakai alat kontrasepsi memang sebuah pilihan. Program pemerintah Keluarga Berencana tentu memiliki tujuan utama yang lebih penting dari sekedar menekan jumlah kelahiran.
Bukan mencegah tapi mengendalikan kelahiran agar wujud generasi penerus bangsa yang lebih berkualitas.
Dianalogikan makan makanan dalam sebuah piring, dimakan oleh dua atau tiga orang tentu hasilnya akan berbeda dengan bila dimakan oleh sepuluh orang.
Jatah kue pembangunan akan lebih efektif bila populasi bisa dikendalikan.
Tapi soal penggunaan kontrasepsi memang terserah masing-masing orang. Mau pakai monggo, tidak mau pakai juga terserah.
Anda bisa bayangkan bila  benih yang terpancar dari laki-laki semua menjadi anak.
Berapa jumlah penduduk kita sekarang?
Sebab populasi hewan bisa dicegah. Tapi populasi manusia tidak akan bisa dicegah.
Sebagaimana lirik lagu Doel Soembang yang pernah ngetrend di tahun 80-an
"Pendudukmu padat berjubel di tiap sudut
Satu yang mati seribu yang lahir"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H