Berbicara masalah kontrasepsi pria, saya teringat sahabat saya. Sebut saja namanya Pak Tri. Beliau sudah memiliki 2 anak perempuan yang sehat.
Istrinya dua kali punya anak, dua kali operasi Caesar.Â
Saya ingat betul saat istrinya operasi yang pertama. Seperti menderita. Luka bekas operasinya seperti tak mau kering. Bersin saja, luka perut istrinya akan terbuka.
Sampai akhirnya dengan perawatan maksimal dari rumah sakit, luka bekas operasinya benar-benar pulih.
Sejak itu saya sering ke minimarket untuk mengantar pak Tri.
"Sudah waktunya beli sarung pak", Katanya setiap saya tanya mau beli apa.
Tapi lama-lama istrinya mengeluh. Katanya lobang kelahirannya sakit saat memakai kondom. Padahal pak Tri termasuk usia subur. Ia khawatir kalau tidak memakai kondom istrinya akan hamil lagi.
Suatu hari pak Tri meminta saya untuk mengantar ke rumah seorang kiai. Minta nasehat katanya. Bagaimana caranya agar ia bisa menunda kehamilan tapi aktifitas di ranjang tetap jalan.
Oleh kiai, pak Tri diberi nasehat supaya melakukan metode "inzal", yakni mencabut penis saat sperma mau keluar.
Beberapa waktu berlalu, pak Tri tidak mengalami masalah. Sampai suatu hari saat anak pertamanya berusia 5 tahun, istrinya kembali muntah-muntah karena ngidam.
Secara pribadi kami pun mengobrol sebagai sesama pria. Pak Tri bercerita bahwa akhir-akhir ini istrinya mencegahnya saat ia akan mencabut dan mengeluarkannya di luar.
"Lha wong saya sudah mau klimaks kok dicabut to pak?", kata pak Tri dengan mimik yang lucu dan membuat kami tertawa bersama.
Pak Tri berbisik pada saya, "Padahal sudah jarang-jarang lho pak, kok malah cepat jadi ya?", Guraunya sambil tertawa.
Tapi apapun yang terjadi, anak adalah amanah dari Sang Pemberi Kehidupan sehingga apapun keadaannya harus tetap diterima dengan lapang dada.
Anak yang kedua Pak Tri lahir dengan jenis kelamin perempuan juga. Pasca operasi Caesar yang kedua, dokter yang merawatnya menyarankan Bu Tri untuk menggunakan kontrasepsi.
"Bisa suntik 3 bulan sekali, Minum pil KB setiap hari, Pasang spiral atau pasang susuk", Demikian pesan dokter.
Bu Tri mencoba satu persatu. Setelah minum pil KB, Bu Tri pasti muntah. Lalu tergeletak tak berdaya. Padahal ia masih memiliki bayi. Lalu mereka berkonsultasi lagi pada bidan. Lalu disarankan untuk memasang IUD (spiral).
Setelah spiral terpasang, keluarga ini terlihat nyaman sebab sepertinya tidak ada keluhan. Bahkan sampai beberapa bulan.Â
Tapi beberapa saat berlalu, Bu Tri kembali mengalami masalah. Menstruasinya menjadi tidak teratur. Kadang flek mengotori pakaian dalamnya. Bahkan terkadang menstruasi bisa lebih dari 15 hari.
Pak Tri kembali panik. Lalu mereka ke bidan lagi. Dan Bu Tri disarankan memasang susuk. Pasca pemasangan susuk ini, lengan Bu Tri seperti lumpuh. Lemas dan sangat menyulitkan untuk beraktivitas.
Istrinya meminta berganti KB suntik. Tapi efek dari KB suntik ini badan bu Tri mengembang kegemukan, hingga penyakit asmanya sering kambuh.
Pak Tri hampir putus asa. Sebagai keluarga muda ia ingin agar semua aktifitasnya termasuk aktifivas ranjang bisa berjalan normal.
"Terus saya harus bagaimana ya pak Nawir?, Pakai kondom tidak mau, minum pil KB bermasalah, spiral bermasalah, bahkan pasang susuk juga bermasalah", kata pak Tri mendesah dan berharap saya bisa menemukan jalan keluar terbaik bagi keluarganya.
Lalu secara sembunyi-sembunyi saya mencari informasi kepada kawan saya seorang dokter kandungan yang bertugas di RS Dr. Kariadi Semarang.
Dokter ini bilang, "Coba sarankan vasektomi saja pak Nawir, Siapa tahu malah cocok".
Informasi dari dokter ini saya sampaikan ke pak Tri. Dan beliau pun menyampaikannya pada istrinya. Awalnya mereka ragu. Tapi setelah mereka berkonsultasi kepada dokter teman saya ini, dan disampaikan secara detail efek dari vasektomi, mereka menjadi yakin dan siap menjalani.
Operasi vasektomi untuk pak Tri hanya berlangsung beberapa menit. Dan setelah itu pak Tri tidak mengalami masalah apapun. Ia bahkan terlihat lebih gemuk dari sebelum vasektomi.
"Dua anak cukup pak Nawir", katanya percaya diri.
Karena sebelumnya dokter sudah menyampaikan bahwa vasektomi hanya bisa dilakukan oleh orang yang tidak ingin punya anak lagi.
Sebab Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas pria dengan jalan melakukan okulasi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi. (Wikipedia).
Vasektomi hanyalah salah satu dari sekian banyak cara untuk menyelesaikan berbagai masalah hubungan suami istri.
Tentu dengan pertimbangan-pertimbangan matang yang dilakukan dengan pasangan. Sebab secara otomatis lelaki yang telah divasektomi tidak akan memiliki keturunan lagi.
Operasi penyambungan kembali mungkin bisa dilakukan. Tapi untuk proses pulih seperti sedia kala seperti sebelum vasektomi hanya kemungkinan kecil.
Vasektomi memang disarankan untuk pasangan yang memiliki masalah seperti Pak Tri. Dan itu dilakukan demi alasan kesehatan karena menggunakan metode kontrasepsi lain sudah tidak memungkinkan.
Kalau saya pribadi memang tergantung istri. Beberapa kali istri menggunakan metode kontrasepsi. Dari Pil KB, suntik, hingga pasang susuk. Tapi semuanya tidak cocok karena menstruasi menjadi tidak teratur dan sering ada keluhan flek.
Akhirnya istri memilih kontrasepsi Spiral yang bertahan sampai anak kami besar-besar. Istri menggunakan spiral yang bisa diganti setelah 8 tahun. Terlebih setelah melahirkan anak ke tiga yang penuh masalah, kami sudah sepakat untuk tidak akan punya anak lagi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI