Perjalanan cinta memang tak selalu mulus. Hubungan yang sudah terbina selama berpuluh tahun terkadang kandas begitu saja. Tak jarang hanya karena masalah sepele menjadi embrio berakhirnya sebuah hubungan.
Saat masih berpacaran seakan dunia ini hanya milik berdua. Orang lain ngontrak. Begitu istilah yang muncul saat orang berpacaran.
Hati yang dibuai rindu setiap saat berbunga, menimbulkan gairah yang tak terkatakan. Jangankan sampai melihat wajah  atau mendengar suaranya, melihat sandalnya di pelataran  masjid pun hati sudah berdebar-debar.
Saat bertemu, kata-kata yang sudah tersusun rapi di kepala itu tiba-tiba sirna. Mengalahkan segala perasaan bahagia yang membuncah.
Sehari tak ketemu rasanya seperti  seribu tahun berpisah (kayak umurnya sampai seribu tahun aja), wkwkwk.
Kalau jaman dulu, sebelum orang mengenal perangkat seluler, orang mengutarakan isi hati dengan surat. Saya masih menyimpannya dalam kotak khusus loh, yang sering kami baca dan bisa membuat kami tertawa bersama.
Lalu entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba hubungan itu terputus begitu saja. Seakan kedua belah fihak merasa tidak pernah melakukan apapun. Mengubur segala kenangan. Melupakan masa lalu dan hidup dengan cinta yang lain atau tetap menyendiri. Dan jadilah mereka mantan.
Kebencian menjadi sumber permasalahan.
Pokoknya putus hubungan. Peduli setan dengan semua kenangan. Intinya putus ya putus. Putus semua hubungan dan putus semua kenangan.
Mengapa harus membenci mantan?
Lupa ya kalau mantan pernah membuat kita bahagia.  Bahunya yang kokoh pernah menjadi sandaran saat keadaan  hati sedang goyah.
Menjadi pendengar yang baik saat mencurahkan isi hati, mengantar ke kampus, menemani saat makan malam, meskipun ia tidak lapar.
Bahkan rela menjemput ke kampus, yang jaraknya lebih jauh dari tempat tinggalmu dibanding jarak rumahmu dengan kampus?